Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

JI Pertahankan Budaya Islami dan Riset

                                           Harlah kedua Prodi JI di Pantai Lowita 2019 Tahun lalu (2019), saya bersama mahasiswa  dan Ketua Prodi Jurnalistik Islam, Dr Muhammad Qadaruddin, peringati hari lahir Prodi JI, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Parepare yang kedua di Pantai Lowita.  Saat itu, saya didaulat berbagi cerita soal terik menulis dengan gaya bertutur. Semua perwakilan mahasiswa hadir menyemarakkan harlah JI. Meski sederhana, tapi suasana akademik dan ritual budaya Islam tetap terasa. Para mahasiswa tetap melakukan reset kecil.  Kini JI sudah menjelma menjadi prodi diminati mahasiswa (i), tempat mengasah  dan menempah diri. Prodi JI menawarkan kurikulum berbasis informasi dan teknologi, mahasiswa bukan hanya diajarkan trik dan tips menulis atau menjadi penulis, tapi mereka berdakwa via media sosial, seperti Youtube di chanel Literacy News, Facebook, Instagram, dan lainnya. Dr Muhammad Qadaruddin, mengatakan, mahasiswa  Prodi JI dilatih menjadi jurnalis

Belajar dari Jukir dan Bob Sadino

Ilustrasi/foto : youngontop.com Minggu pagi, saya ke Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Parepare, ATM itu berada di dalam mini market. Setelah menarik uang, saya keluar. Saya tidak belanja, segera pulang ke rumah.  Saat naik di motor, perhatian saya tertuju pada seorang juru parkir (Jukir), sudah renta, mengenakan rompi dan topi. Lengkap dengan id card. Berdiri di depan pintu mini market, menunggu pengendara mampir belanja, ia menjual jasa, menjaga kendaraan yang parkir. Dia tak menagih retribusi parkir ke saya. Pak tua itu tahu, saya hanya menarik uang, sehingga tak meminta membayar parkir. "Pak, tabe (maaf) sini," pintaku memanggil juru parkir itu. Dia mendekat. "Ada apa Nak," tanyanya. "Ini pak, uang parkirnya," kataku. "Terima kasih Nak," jawabnya. Dia tiba-tiba bercerita dan mengalihkan perhatianku kepada seorang nenek berjalan kaki,  membawa belanjaan cukup banyak. Beliau sempat menyapanya dan menawarkan b

Mengukur Rasa?

ilustrasi, siswa pelajar.com   Saya ditantang teman,  membuat cerita  Sains dengan gaya bertutur, ala Fisika yang berisi pesan moral dan cinta. Hem, agak lebay. Tapi, tak usah lebay. Tantangan itu saya terima, memaksa saya kembali membaca buku Fisika karangan Prof Yohanes Surya, buku itu saya dapat dari Surya Institut, saat mengikuti pelatihan Eksplorer Fisika dengan fokus Fisika Gasing (Gampang, Asyik dan Menyenangkan) 2007 di Bogor. Buku itu mengupas fenomena alam, tanpa rumus, memudahkan pembaca memahaminya. Simpel. Tapi, saya tak mau bahas Fisika Gasing, saya akan bercerita besaran dan satuan. Cerita ini biasa bagi mahasiswa Fisika atau Sains.  Besaran itu sesuatu yang bisa diukur dan dinyatakan dengan angka atau nilai. Hem, apakah cinta itu besaran, apakah cinta itu bisa diukur, apakah cinta memiliki arah. Entahlah...  Saat engkau di sampingku, besaran cinta itu akan bertumbuh setiap detik. Memberikan nilai yang  tidak lekang dimakan usia.  Itu kalau cintanya tulus. Cinta yang tul

Tukang Jahit Saja Belajar Fisika

                                                  ilustarasi. net Konon, ada seorang bapak yang berprofesi sebagai tukang jahit, menyuruh anaknya membeli kain di pasar. Ia pesan kain sepanjang 20 jengkal. "Tolong Nak, ke pasar beli kain, 20 jengkal," pintanya sambil memberikan catatan berisi ukuran dan jenis kain yang dipesan. Sang anak tanpa eling ke pasar mematuhi titah orang tua. Saat tiba  di pasar, ia memesan kain sesuai pesanan bapaknya. "Bu, bapak saya pesan kain 20 jengkal," katanya kepada penjual kain sambil menyerahkan kertas putih berisi detail kain pesanan. Penjual kain, mengambil kain dan memotong menggunakan gunting, lalu mengukur menggunakan jengkal tangan kanannya,  Setelah dipotong dan diukur, kain pesanan dimasukkan dalam kantong plastik, lalu sang anak bawa pulang ke rumahnya. Saat tiba di rumah, kain itu diserahkan ke bapaknya.  "Ini  kainnya," katanya, sambil menyerahkan kain pesanan. Tukang jahit mengukur ulang menggunankan jengkal ta

Mengusik Magnet Cintamu

Saat dekat denganmu,  proton di tubuhku seolah menarik elektron yang ada di dalam tubuhmu, sehingga energi statis dalam tubuhku menimbulkan getaran dan gelombang baur (tidak teratur).  Elekron dan proton pun menyatu, jumlahnya sama. Menjadi atom newtron atau netral dan menghasilkan energi. Energi itu memberikan daya kejut luar biasa, membuat jantungku bergetar kencang, aliran darahku mengalir deras, seperti gelombang bunyi merambat melalui medium benda padat. Saat kutatap, cahaya cintamu membias  bayangan di wajahmu, sehingga engkau hadir tepat di retina mataku.  Terkadang membuatku tak bisa berpikir jernih, gegara pacaran radiasi pesonamu menimbulkan gelombang elektromagnet mengusik magnet cintamu. Kini, senyawa dan partikel perekat  cintaku terus bergerak menuju noktah, lalu berkumpul dan menimbulkan  gaya listrik dinamis dan energi potensial. Di saat kamu jauh dariku, partikel-partikel cintaku tak bisa diam, terus bergerak menghasilkan rasa. Cintaku terus memuai  dan menambah massa

Berperan bukan Baperan

Sampena hari guru nasional kali ini, sangat sederhana. Tuan Guru cukup buat status saja, selamat hari guru. Semoga tuan-tuan dan ibu guru terus  berdedikasi serta menginspirasi anak didiknya. Tak ada lagi guru bertugas sebagai pengibar bendera peringati hari guru, demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.  Enyahkan Covid dengan jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan. Jangan lupa tersenyum. Senyum guru dinanti anak didik. Semoga Covid segera berlalu. Saya hanya berbagi cerita, cerita ini mungkin biasa bagi kita, tapi luar biasa bagi orang lain. Beberapa tahun lalu, Tuan Guru mengundang  orang tua ke sekolah, selain bahas  perkembangan anak didik  juga menerima hasil belajar siswa selama satu semester.  Tuan Guru datang ke sekolah lebih pagi. Kali ini, ia tak berdiri di depan gerbang sekolah, menyambut generasi penerus bangsa.  Tuan Guru bersama anak didiknya memilih beres-beres kelas. Persiapkan segala sesuatu, menyambut orang tua di sekolah. Ruang kelas disapu dan dipel, diberik

"Pegawai Negeri Surga"

Pagi ini, saya  mengikuti seminar Alquran Sebagai Pedoman Hidup Umat Manusia dan Semesta.  Sebelumnya, saya mendaftar via link yang dibagikan di media sosial (medsos).  Pesertanya tidak banyak. Ya, 35 orang,  mungkin panitia tidak memberikan sertifikat. Tapi, panitia menyediakan sejumlah hadiah. Seminar ini digagas Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Wahdah Islamiyah Kota Parepare,  mengadirkan pemateri luar biasa, beliau adalah Hasbi Khalid Kannu, Dia alumni Universitas Qassim Kerajaan Arab Saudi. Sebenarnya temanya berat bagi saya, tapi disampaikan dengan bahasa ringan serta dalil Alquran dilengkapi dengan terjemahan, saya bisa memahami dengan baik. Terima kasih atas nasihat pagi ini. "Semoga menjadi amal jariah dan ilmu bermanfaat bagi saya dan peserta lainnya."  Mahasiswa Pascasarjana Universitas Qassim itu, berbagi tips mengamalkan Alquran. Saya tidak  menuliskan semua. Beliau mengajak, umat Islam membaca, memahami, mengamalkan, dan mentadaburi Alquran. "Siapa saja mengamal

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti saudara

Sosok Penyabar dan Bersahaja itu Telah Tiada

Innalillahi Wainna ilaihi rajiun, Dr Abu Bakar Juddah, berpulang ke rahmatullah, Rabu, 18 November 2020, ia menghembuskan nafas terakhir, di kediamannya di BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur. Sosok  periang dan bersahaja itu telah tiada dan menghadap  Ilahi, semoga dosa-dosanya diampuni dan mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Ia dikenal sebagai guru, dosen, dan orang tua bersahabat dan bijaksana. Mengajar penuh dedikasi. Kepergian Abu Bakar Juddah diiringi ribuan pelayat,  mahasiswa dan sejumlah tokoh. Mantan Wakil Rektor III IAIN Parepare  dan  Ketua STAI DDI Ujung Lare itu dikenang sebagai sosok yang baik dan penyabar. Ketu Program Studi Jurnalistik Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare itu, Dr Qadaruddin, mengenang almarhum sebagai sosok penyabar dan bersahaja. Saat masih menjadi  pejabat di kampus, mampu menyelesaikan  masalah yang dihadapi mahasiswa. Banyak mahasiswa menjadikannya sebagai orang tua, namun t

Jangan Tawar Jualan Orang Susah

                                             ilustrasi wopita.com   Pagi itu, saya duduk di samping rumah, sambil memandang bunga dan  tanaman apotek hidup di pot.  Tanaman itu sebagian sudah tumbuh subur dan sebagian bunganya sudah mekar. Sambil menikmati secangkir teh plus jahe hangat, memainkan gawai, sekadar melihat info kekinian. Istri saya datang, ia pamit ke Pasar Sumpang Minangae,  jaraknya sekitar tiga kilometer dari rumah. Ia meminta tolong dikeluarkan motor dari teras rumah. Istri saya ke pasar membeli, keperluan kebutuhan sehari-hari. Saya melanjutkan membaca via gedget, sambil menyeruput teh jahe hangat di pagi itu. Satu jam kemudian, istri saya datang membawa dua kantong belanjaaan. kantong pertama berisi ikan dan sayuran. Kantong kedua berisi pisang berukuran kecil-kecil, sebagian sudah masak, sebagian lagi masih mentah. Pokoknya pisang campur-campur. "Mau buat pisang goreng ya," tanyaku sambil mengangkat kedua kantongan itu masuk ke dapur. "Tidak," j