Tahun lalu (2019), saya bersama mahasiswa dan Ketua Prodi Jurnalistik Islam, Dr Muhammad Qadaruddin, peringati hari lahir Prodi JI, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Parepare yang kedua di Pantai Lowita.
Saat itu, saya didaulat berbagi cerita soal terik menulis dengan gaya bertutur. Semua perwakilan mahasiswa hadir menyemarakkan harlah JI.
Meski sederhana, tapi suasana akademik dan ritual budaya Islam tetap terasa. Para mahasiswa tetap melakukan reset kecil.
Kini JI sudah menjelma menjadi prodi diminati mahasiswa (i), tempat mengasah dan menempah diri.
Prodi JI menawarkan kurikulum berbasis informasi dan teknologi, mahasiswa bukan hanya diajarkan trik dan tips menulis atau menjadi penulis, tapi mereka berdakwa via media sosial, seperti Youtube di chanel Literacy News, Facebook, Instagram, dan lainnya.
Dr Muhammad Qadaruddin, mengatakan, mahasiswa Prodi JI dilatih menjadi jurnalis islami, peneliti bidang jurnalistik, fotografer dan videografer, layouter, analis humas dan protokol, developer digital, penulis atau editor.
Selain itu, kata dia, menyelenggarakan Tridharma perguruan tinggi di bidang Jurnalistik Islam, juga menyelenggarakan pengkajian Islam dan akulturasi budaya dengan penghayatan literasi.
JI diberi amanah mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan humanis melalui kajian-kajian keislaman yang integratif
Kini, JI sudah berusia tiga tahun, usia masih belia, dan terus tumbuh dan berkembang, aerta memberi warna IAIN Parepare.
Di harlah ketiga Program studi Jurnalistik Islam IAIN Parepare, pertahankan budaya riset, yang diselingi pelatihan fotografi, membuat mahasiswa makin antusias.
Harlah JI dijadikan ajang menyatukan mahasiswa baru dan senior. Selama dua hari itu, didampingi dosen JI Mifda Hilmiyah, M.I.Kom dan Ketua Prodi JI Dr Muhammad Qadaruddin. (*)
Komentar