Langsung ke konten utama

Sosok Penyabar dan Bersahaja itu Telah Tiada


Innalillahi Wainna ilaihi rajiun, Dr Abu Bakar Juddah, berpulang ke rahmatullah, Rabu, 18 November 2020, ia menghembuskan nafas terakhir, di kediamannya di BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur.

Sosok  periang dan bersahaja itu telah tiada dan menghadap  Ilahi, semoga dosa-dosanya diampuni dan mendapat tempat paling indah di sisi-Nya.

Ia dikenal sebagai guru, dosen, dan orang tua bersahabat dan bijaksana. Mengajar penuh dedikasi.

Kepergian Abu Bakar Juddah diiringi ribuan pelayat,  mahasiswa dan sejumlah tokoh. Mantan Wakil Rektor III IAIN Parepare  dan  Ketua STAI DDI Ujung Lare itu dikenang sebagai sosok yang baik dan penyabar.

Ketu Program Studi Jurnalistik Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare itu, Dr Qadaruddin, mengenang almarhum sebagai sosok penyabar dan bersahaja.

Saat masih menjadi  pejabat di kampus, mampu menyelesaikan  masalah yang dihadapi mahasiswa. Banyak mahasiswa menjadikannya sebagai orang tua, namun tetap profesional di kampus.

"Beliau adalah orang baik diakhir hidupnya mengajarkan pesan hikmah tentang kesabaran dan ketabahan. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah," doa Dr Qadaruddin.

Kepergian Abu Bakar Juddah, menyisakan duka mendalam bagi  dosen, mahasiswa dan alumni IAIN Parepare. Mahasiswa memasang status turut berbelasungkawa di media sosial.

Dosen IAIN Parepare, Ade Hasyim, mengajak warga net, mendoakan almarhum dan mengirimkan Alfatihah. 

"Innalillahi wa innailaihi raajiuun. Allaahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihii wa’fu anhu wa akrim nuzu lahu wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmaai wats-tsalji walbaradi wanaqqihi minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minaddanasi wa abdilhu daaran khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wazaujan khairan min zaajihi wa adkhilhuljannata wa ‘aidzhu min ‘adzaabilqabri wafitnatihi wamin ‘adzaabinnaari."

"Allaahummaghfir lihayyinaa wamayyitinaa wasyaahidinaa waghaaibinaa washaghiiranaa wakabiiranaa wadzakarinaa wauntsaana."

"Allaahumma man ahyaitahu minnaa fa ahyihi ‘alal islaami waman tawaffaitahu minnaa fatawaffahu ‘alal iimaani."

Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa tudhillanaa ba’dahu birahmatika yaa arhamar raahimiina. Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Al Fatihah," tulis Ade di media sosial. Pesan ini mendapat tanggapan puluhan netizen. 

"Saya bersaksi kamu adalah orang baik,selamat jalan guru. Jasa-jasamu dankebaikanmu,  insya Allah akan mengantarkanmu ke Syurga-Nya," tulis alumni di status media sosialnya dilengkapi foto almarhum.

"Innalillahi Wainna ilaihi rajiun.Tela berpulang ke rahmatullah bapak Dr. Abu bakar Juddah, semoga amal ibadahnya selama hidup di dunia ini diterima di sisi Allah SWT. diampuni segala kesalahan dan ke khilafannya. Keluarga yang ditinggalkan senantiasa di berikan ketabahan dan kesabaran aamiin," doa mahasiswa IAIN ditulis di status media sosialnya.

"Saya bersaksi kamu adalah orang baik,selamat jalan guru. Jasa-jasamu dan kebaikanmu,  insya Allah akan mengantarkanmu ke Syurga-Nya," tulis alumni di status media sosialnya dilengkapi foto almarhum.

"Innalillahi Wainna ilaihi rajiun.Tela berpulang ke rahmatullah bapak Dr. Abu bakar Juddah, semoga amal ibadahnya selama hidup di dunia ini diterima di sisi Allah SWT. diampuni segala kesalahan dan ke khilafannya. Keluarga yang ditinggalkan senantiasa di berikan ketabahan dan kesabaran aamiin," doa mahasiswa IAIN ditulis di status media sosialnya. (*)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengejar Asa

Terik matahari tak membuat relawan literasi Rumah Masagenae, Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD), berhenti.Mereka tetap bersemangat membimbing anak-anak putus sekolah. Mereka berharap, kelak,memiliki masa depan yang cerah, seperti anak-anak pada umumnya.  Pada Sabtu, 8 Februari, tepat pukul 14.25 Wita, relawan bergerak menemui anak jalanan di sudut kota. Relawan bergerak menuju tempat favorit mereka di tengah Kota Bandar Madani. Saat tiba di lokasi, dari jauh, sudah terlihat empat anak-anak kecil berambut kriting, kulitnya putih, mengenakan baju berwana biru.  Duduk di tepian jalan. Temannya memanggilnya IS (nama samaran), ia duduk di belakang sebuah mobil bersama dua kawannya asyik bersenda gurau, ia memegang kaleng, duduk di atas balai-balai beralaskan papan.   "Apa dibiki dek," tanya Nisa, salah satu fasilitator di RBCD. "Lagi tunggu kapal kak," jawab anak laki-laki bertubuh tambun.  "Ayo mi ke RBCD, kita belajar dan bermain lagi," ajaknya.   "Ih, k...

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti sau...

Dekaplah Anakmu

"Didiklah anak ayah dan bunda kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia," kata seorang ibu kepada anaknya. Anak-anakmu akan menjadi generasi yang menggantikan kita semua. Sehingga ayah dan bunda serta guru memang harus duduk bersama untuk bentuk karakter anak agar mengerti agama dan budayanya. "Saya mengajak ayah dan bunda agar meluangkan waktu di tengah kesibukan kita, memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Waktu anak-anak di sekolah sangat terbatas," katanya.  “Suatu saat ayah, merindukan anaknya. Tapi banyak anak yang meluapkan dekapan ayahnya." Tempat  keluarga sebagai maadrazah pertama bagi anak. Berikan perhatian dan waktu yang lebih untuk anak-anak kita.  "Kita perlu gerakan 1821. Yakni pukul 18.00 Wita-pukul 21.00 Wita, televisi dan internet dimatikan. Ayo kita duduk bersama anak, berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Saya yakin anak-anak akan merinduk...