Langsung ke konten utama

Belajar dari Jukir dan Bob Sadino

Ilustrasi/foto : youngontop.com

Minggu pagi, saya ke Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Parepare, ATM itu berada di dalam mini market.

Setelah menarik uang, saya keluar. Saya tidak belanja, segera pulang ke rumah. 

Saat naik di motor, perhatian saya tertuju pada seorang juru parkir (Jukir), sudah renta, mengenakan rompi dan topi. Lengkap dengan id card.

Berdiri di depan pintu mini market, menunggu pengendara mampir belanja, ia menjual jasa, menjaga kendaraan yang parkir.

Dia tak menagih retribusi parkir ke saya. Pak tua itu tahu, saya hanya menarik uang, sehingga tak meminta membayar parkir.

"Pak, tabe (maaf) sini," pintaku memanggil juru parkir itu. Dia mendekat.

"Ada apa Nak," tanyanya.

"Ini pak, uang parkirnya," kataku.

"Terima kasih Nak," jawabnya.

Dia tiba-tiba bercerita dan mengalihkan perhatianku kepada seorang nenek berjalan kaki,  membawa belanjaan cukup banyak.

Beliau sempat menyapanya dan menawarkan bantuan. "Bisaji (bisa) kita bawa belanjaannya," tanyanya. 

"Bisa," jawab nenek itu singkat, sambil berjalan kaki di pinggir aspal, lalu menyusuri lorong-lorong menuju rumahnya tak jauh dari mini market.

"Nenek tadi itu, usianya lebih tua dari saya. Tapi, dia masih kuat jalan," ceritanya. 

Mendengar ucapan juru parkir, saya bertanya, bapak usianya berapa tahun.

"Saya sudah enam puluh tahun Nak," katanya. 

"Saya ini  sakit, saya sakit tekanan (hipertensi), obatnya apa Nak," katanya lagi.

"Tabe, Bapak mestinya istirahat dan jangan banyak pikiran," kataku mencoba menghibur.

Juru parkir itu, mengaku, terpaksa bekerja dari pagi hingga malam, mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Kalau saya tak kerja begini, saya makan apa Nak. Kebutuhan sehari-hari, saya harus beli ikan, beras, bayar listrik," katanya.

"Cobaki konsumsi timun dan istirahat yang cukup Pak," kataku, sambil pamit pulang ke rumah.

"Terima kasih Nak," katanya.

Di perjalanan pulang saya merenung, orang tua renta itu, tetap semangat bekerja, meski mengeluh, ia tak mau bergantung kepada siapa pun. Mandiri dan mencari nafkah halal.

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Kebahagiaan seorang mukmin bertambah ketika dia semakin dekat dengan Tuhannya dan semakin ikhlas mengikuti petunjuk-Nya.

Pembaca budiman, cerita di ataa sesuai nasihat Bob Sadino, mengajak kita selalu bahagia dan sederhana. Nasihat Bob Sadino saya kutip dari nasihatcanggih. blogspot. com.

Di saat kita memakai jam tangan seharga Rp 500.000 atau Rp 50.000.000, kedua jam itu menunjukkan waktu yang sama.

Ketika kita mengayuh sepeda seharga Rp100 juta ataupun Rp 1juta, tetap mengeluarkan keringat yang sama, mengandung garam dan air.

Ketika kita membawa tas atau dompet seharga Rp 500.000  atau Rp 5.000.000. Keduanya dapat membantumu membawa sebagian barang atau uang.

Ketika kita terbang dengan first class atau ekonomi class, maka saat pesawat terbang jatuh maka kita pun ikut jatuh.

Kebahagiaan sejati bukan datang dari harta duniawi. Mari kita renungkan, jangan mendidik anakmu untuk terobsesi menjadi kaya. 

Didiklah mereka menjadi bahagia. Sehingga saat mereka tumbuh dewasa mereka menilai segala sesuatu bukan dari harganya.

"Makan makananmu sebagai obat. Jika tidak, maka kamu akan makan obat-obatan sebagai makanan."

Seseorang yang mencintaimu tidak akan pernah meninggalkanmu, meski  ada 100 alasan untuk menyerah, tapi dia akan menemukan satu alasan untuk bertahan.

Hidup itu antara "B" birth (lahir) dan "D" death (mati), di antaranya adalah ada "C" choice (pilihan) hidup yang kita jalani, keberhasilannya ditentukan setiap pilihan kita.

Jika kamu mau berjalan cepat, maka jalanlah sendirian. Tetapi Jika kamu ingin berjalan jauh, jalanlah bersama sama.

Mau sehat, enam dokter terbaik, yakni keluarga, istirahat, olahraga, makan yang sehat, teman, dan tertawa. (*)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sokko Bolong

Sabtu, 19 Desember, sang surya nampak malu-malu, menampakkan dirinya dari ufuk. Suhu pagi itu  cukup hangat. Di ujung timur garis horison, terlihat awan tebal, masih menyelimuti pegunungan. Nampaknya rinai akan membasah bumiku beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Bmkg), prediksi hujan masih mengguyur Kota Parepare dan sekitarnya, beberapa hari ke depan. Matahari mulai menghangatkan bumi yang basah selama tiga hari terakhir, diguyur hujan. Membuatku butuh kehangatan.  Berita banjir dan meluapnya Salo Karajae, dan sebagian warga di bilangan Bacukiki harus mengungsi menjadi isu hangat di berbagai media, baik media cetak, media siber, maupun media sosial. Saya berdoa semoga hujan membawa keberkahan dan penambah rezeki bagi kita semua. "Aaminn," doaku. Suhu dingin selama tiga hari ini membangkitkan selera makanku. Bahkan makin membuncah, ingin menikmati sokko bolong (ketan hitam). Pagi-pagi, istri saya menyediakan menu yang sudah kurindukan itu. M

Kamus Minggu : Arti Kata Sekolah dan Belajar

       (ilustrasi dw.com) Tiga hari sebelum dimulai pembelajaran semester genap, tahun ajaran 2020 - 2021, Tuan Guru 'dicecar' sejumlah pertanyaan dari anak didiknya. Di Whatshapp Grup, puluhan pertanyaan seputar kapan belajar, kapan sekolah, kapan belajar tatap muka, dan lainnya. Tuan Guru menjawab pertanyaan anak didiknya dengan sabar. Selain itu, ia membagikan tautan atau link berita berkaitan informasi belajar tatap muka semester genap. Alhamdulillah, anak didik Tuan Guru mulai memahami kondisi di era pandemi. Jumlah warga terpapar Virus Korona, terus bertambah. Hari ini, Minggu, 3 Januari 2020, Tuan Guru ingin berbagi pengetahuan sedikit mengenai arti dan makna kata sekolah dan belajar.  Bukan menggurui, tapi berbagi, meski sudah benyak mengetahui arti dan makna dua diksi itu, tapi sering ada yang keliru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sekolah itu bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Saya kuti

Jangan Tawar Jualan Orang Susah

                                             ilustrasi wopita.com   Pagi itu, saya duduk di samping rumah, sambil memandang bunga dan  tanaman apotek hidup di pot.  Tanaman itu sebagian sudah tumbuh subur dan sebagian bunganya sudah mekar. Sambil menikmati secangkir teh plus jahe hangat, memainkan gawai, sekadar melihat info kekinian. Istri saya datang, ia pamit ke Pasar Sumpang Minangae,  jaraknya sekitar tiga kilometer dari rumah. Ia meminta tolong dikeluarkan motor dari teras rumah. Istri saya ke pasar membeli, keperluan kebutuhan sehari-hari. Saya melanjutkan membaca via gedget, sambil menyeruput teh jahe hangat di pagi itu. Satu jam kemudian, istri saya datang membawa dua kantong belanjaaan. kantong pertama berisi ikan dan sayuran. Kantong kedua berisi pisang berukuran kecil-kecil, sebagian sudah masak, sebagian lagi masih mentah. Pokoknya pisang campur-campur. "Mau buat pisang goreng ya," tanyaku sambil mengangkat kedua kantongan itu masuk ke dapur. "Tidak," j