Setiap akhir semester, Tuan Guru sibuk menginput data evaluasi hasil belajar anak didiknya ke aplikasi berbasis informasi teknologi (IT). E-raport.
Saat mengimput nilai anak didiknya di aplikasi berisi penilaian keterampilan, pengetahuan, sikap spiritual dan sosial. Sesekali, Tuan Guru, mengintip status media sosial (mdesos) karibnya.
Tuan guru tertarik, video yang diupload di status media sosial. Video itu, menarik. Pesan itu disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Mantan Mendikbud itu, meminta ibu di Indonesia agar berpesan kepada anak-anaknya agar tak korupsi.
"22 Desember, kita rayakan Hari Ibu, sekarang saya ingin undang untuk kita ubah. Bukan mengirimkan pesan pada Ibu, tapi saya mengundang para ibu untuk mengirim pesan pada anak-anaknya."
"Sampaikan kepada mereka Nak Tolong Jangan Korupsi. Rahim ibumu, bukan calon tempat koruptor. Buat ibumu bangga, jangan buat ibumu malu."
"Jika kita bisa mengingatkan anak-anak kita, keluarga kita, maka republik ini bisa menjadi republik berintegritas. Setiap keluarga mengingatkan dirinya agar menjadi keluarga yang bersih."
"Selamat hari ibu."
Selain pesan agar hidup bersih dan bersih dari korupsi, Tuan Guru tertarik dengan sebuah video berisi doa untuk ibu. Doa itu saya kutip yang artinya.
"Ya Allah, kasihanilah ibuku, seperti dia mengasihiki di waktu kecil."
"Ya Allah bahagiakan ibuku, seperti dia membahagiakan ketika aku sudah besar."
"Ya Allah, terimalah amalan ibuku, dari amalan yang kecil maupun besar."
"Ya Allah jadikanlah ibu saya, bagian dari mereka yang tidak ada rasa takut baginya dan juga mereka yang tidak ada rasa sedih baginya."
"Dan muliakanlah dia, dengan firdaus surga yang paling tinggi. Ya Allah Wahai maha pemurah hati."
Bagi kalangan milenial mengucapkan selamat Hari Ibu dengan cara unik.
"Semoga Ibumu dan Ibuku bisa menjadi Besan," status melienial di akun medsosnya.
Sementara itu, peringatan Hari Ibu di Kota Parepare, diperingati dengan sederhana via aplikasi virtual Zoom.
Ibu-ibu sepuh, kalaborasi Andi Nurhanjayani, Hj Zaenab Syamsuddin, dan Hj Haeriah, membacakan puisi berjudul Puisi Kaum Sepuh. Tuan Guru tak tahu siapa pengarang puisi tersebut.
Aku memang sudah tua. Tapi aku punya semangat muda. Walau hidup tak sendiri,Tapi aku selalu mandiri
Aku memang sudah tua, Tapi aku berusaha berguna.
Walau usia telah lewat senja. Tapi diriku masih bermakna
Aku memang sudah tua. Tapi aku selalu olah raga
Walau kulitku mulai keriput. Tapi langkahku tak seperti siput.
Aku memang sudah tua. Tapi aku selalu berupaya.
Walau aku tak berpangkat. Tapi aku tetap terhormat.
Aku memang sudah tua. Tapi aku senang bekerja.
Walau aku tak berdasi. Tapi hidupku tetap berfungsi.
Aku memang sudah tua. Tapi aku senang membaca.
Walau mataku mulai rabun. api aku tidak pikun.
Aku memang sudah tua. Tapi, aku senang berwisata.
Walau perjalanan jauh kutempuh.Tapi aku tak pernah mengeluh.
Aku memang sudah tua.Tapi aku selalu berdo'a.
Walau rambutku telah memutih. Tapi ibadahku tak pernah letih. (*)
Komentar