Langsung ke konten utama

Rangkul ODHA

Minggu, 1 Desember 2019, warga Kota Parepare peringati Hari HIV &Aids sedunia, di Lapangan Andi Makkasau. Acara dikemas secara sederhana itu dihadiri ratusan warga.

Mereka bersama sejumlah pejabat mengampanyekan tiga zero dalam menekan penularan penyakit mematikan itu.

Tiga zero itu adalah, zero infeksi baru, zero perlakukan diskriminasi, dan zero kematian penderita HIV & Aids. Selain itu, para pejabat, relawan, dan pendamping orang dengan HIV & Aids (Odha), bergantian melakukan orasi.
Mereka mengajak masyarakat agar tidak membuat stikma kepada Odha.

Wakil Walikota Parepare, Pangerang Rahim, saat membacakan sambutan Walikota Parepare HM Taufan Pawe, mengajak, masyarakat bersama-sama mendukung pembangunan Kota Parepare di bidang kesehatan dengan cara ikut berperan menyukseskan program tiga zero dalam mencegah penularan HIV & Aids.

"Tiga zero itu, tidak ada lagi orang terinveksi HIV, tidak ada diskriminasi terhadap Odha, dan tidak ada lagi Odha meninggal dunia. Saya mengajak semua masyarakat agar jauhi penyakit HIV. Jangan jauhi orangnya," katanya.

Sejak 2005-2019 ditemukan 425 kasus HIV dan di tahun 2019 sebanyak 39 kasus. Melalui program tiga zero, tahun 2030 tidak ada lagi penderita HIV & Aids.

Data itu, sebagian besar berasal dari luar daerah, mereka dirawat rumah sakit dan layanan kesehatan Kota Parepare.

Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Kesehatan, Iwan Asaad, mengatakan, penularan HIV & Aids, bukan orang Kota Parepare, tapi banyak orang yang ingin berobat di Kota Parepare. Ia mengaku, bangga di Kota Parepare, Odha bisa berobat dan dirawat dengan baik.

Saat ini, kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Parepare itu, penderita HIV yang tertular melalui jarum suntik sudah menurun. Paling banyak, penyebarannya melalui hubungan seks.

"Kita sedih, paling banyak tertular kaum perempuan. Saya mengajak remaja, dewasa, dan ibu-ibu serta bapak-bapak agar menjaga diri dan keluarga dari penyakit HIV. Jangan ada lagi yang mau mencoba-coba. Lebih baik mencegah daripada mengobati," katanya.

Penyakit HIV & Aids, kata dia, sudah ada obatnya, tapi Odha harus rutin minum obat, sesuai yang telah diresepkan dokter.

 "Mari kita jaga diri dan keluarga kita dari penyakit HIV & Aids," katanya.

Koordinator Program YLP2EM Kota Parepare, Abdul Samad, mengatakan, pencegah HIV bisa dilakukan melalui kelurga. Keluarga harus menjadi benteng yang kokoh agar penyakit mematikan itu, bisa dicegah.

"Kami sudah berpengalaman mendapingi Odha. Jauhi penyakitnya, jangan jauhi mereka. Kami mengajak semua pihak agar rutin memeriksakan diri ke dokter. HIV tidak bisa diketahui tanpa melalui pemeriksaan medis," katanya.

Masyarakat harus diedukasi penularan penyakit HIV AIDS. Penyakit itu hanya menular lewat hubungan seksual, berganti pasangan, transfusi darah, hingga bergantian menggunakan jarum suntik. Jika hanya bergaul dan bersosialisasi, maka tidak menularkan virusnya.

Edukasi itu harus selalu dikampanyekan seiring dengan peringatan Hari AIDS Sedunia setiap 1 Desember. Stigma bahwa HIV mudah menular juga perlu diluruskan, jauhi penyakitnya bukan penderitanya.

Penularan HIV & Aids, hanya bersentuhan. Berjabat tangan, tak akan menularkan HIV AIDS. HIV tidak menular lewat sentuhan sepanjang area yang bersentuhan tidak mempunyai luka dan bagian kulit yang bersentuhan juga tidak terdapat luka.

Makan dan Minum serta Bergaul. Tidak masalah jika berbagi makanan dan minuman atau tinggal satu rumah dan hidup bergaul dengan ODHA.

Berpelukan dan Berciuman, HIV juga tidak menyebar melalui udara seperti pneumonia atau flu. Maka jika berpelukan atau berciuman pipi ke pipi atau mulut ke pipi tak akan menularkan virusnya.

Setiap 1 Desember, dunia mengajak semua umat manusia untuk melawan penularan virus mematikan HIV AIDS. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi alarm bahwa epidemi HIV belum berakhir justru terus meluas hingga jutaan orang secara global.

Dalam laman WHO, disebutkan sedikitnya ada 1,9 juta orang yang hidup dengan HIV di wilayah Pasifik Barat seperti Amerika, Filipina, Australia, Inggris, dan Belanda. Meskipun infeksi HIV AIDS tidak dapat disembuhkan, penyakit itu dapat dicegah dan diobati.

Beberapa kemajuan telah dicapai seperti target kurang dari 24 ribu kasus infeksi HIV baru, kurang dari 15 ribu kematian terkait AIDS dan nol infeksi baru para anak-anak di Pasifik Barat.

Tahun ini, tema global dari Hari AIDS Sedunia adalah ‘Komunitas membuat perbedaan’ dengan menekankan bahwa kita semua adalah anggota komunitas dan semuanya bisa memperoleh dukungan dari komunitas tersebut. Banyak kemajuan yang telah dicapai dalam menanggulangi epidemi HIV berkat kerja keras masyarakat.

Para aktivis juga telah mengadvokasi akses yang lebih baik sebagai bagian dari intervensi pencegahan, termasuk informasi yang akurat tentang kesehatan hingga kontrasepsi. ODHA kini juga semakin mudah HIV untuk mengakses pengobatan

Selama 32 Tahun
Di Indonesia, dalam keterangan tertulis Yayasan AIDS Indonesia, seperti dikutip Jawapos penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia telah berlangsung selama 32 tahun. Kementerian Kesehatan melaporkan situasi masalah HIV & AIDS di Indonesia terus meningkat.

Jumlah kumulatif dari 1987 sampai dengan Juni 2019 kasus HIV sebanyak 349.882 orang (60,7 persen) dari jumlah estimasi. AIDS sebanyak 117.064 orang, kasus tertinggi pada kelompok umur 25-49 tahun sebanyak 71,1 persen.

Indonesia berkomitmen pada 2030 program 3 Zero: Zero New HIV Infections, Zero Discrimination, and Zero AIDS-Related Deaths dapat tercapai. Artinya tidak ada lagi infeksi baru HIV, tidak ada lagi diskriminasi terhadap ODHA, tidak ada lagi kematian karena AIDS.

Yayasan AIDS Indonesia sejak awal berdiri tahun 1993 telah berperan serta membantu program penanggulangan HIV & AIDS dengan memberikan layanan preventif. Sebab pencegahan merupakan langkah penting untuk mengakhiri epidemi ini.

Sampai saat ini Yayasan AIDS Indonesia telah menyuluh lebih dari 250 ribu orang dari berbagai elemen. Serta melatih sebanyak 1007 relawan dari berbagai latar belakang profesi yang berperan penting sebagai tenaga penyuluh.

Peringatan Hari AIDS Sedunia merupakan momentum meningkatkan lagi kepedulian masyarakat terhadap bahaya HIV & AIDS yang berdampak bagi kesehatan.  Masyarakat diminta mereduksi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV positif dan isu HIV sendiri.

Kampanye ‘Kamu Tahu Kamu Berbagi’ serta tagar #IndonesiaSadar untuk kampanye di media sosial @yaids menjadi semangat kolaborasi dan kepedulian untuk dapat bersama-sama mengakhiri epidemi HIV & AIDS. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Minggu : Arti Kata Sekolah dan Belajar

       (ilustrasi dw.com) Tiga hari sebelum dimulai pembelajaran semester genap, tahun ajaran 2020 - 2021, Tuan Guru 'dicecar' sejumlah pertanyaan dari anak didiknya. Di Whatshapp Grup, puluhan pertanyaan seputar kapan belajar, kapan sekolah, kapan belajar tatap muka, dan lainnya. Tuan Guru menjawab pertanyaan anak didiknya dengan sabar. Selain itu, ia membagikan tautan atau link berita berkaitan informasi belajar tatap muka semester genap. Alhamdulillah, anak didik Tuan Guru mulai memahami kondisi di era pandemi. Jumlah warga terpapar Virus Korona, terus bertambah. Hari ini, Minggu, 3 Januari 2020, Tuan Guru ingin berbagi pengetahuan sedikit mengenai arti dan makna kata sekolah dan belajar.  Bukan menggurui, tapi berbagi, meski sudah benyak mengetahui arti dan makna dua diksi itu, tapi sering ada yang keliru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sekolah itu bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Saya kuti

Sokko Bolong

Sabtu, 19 Desember, sang surya nampak malu-malu, menampakkan dirinya dari ufuk. Suhu pagi itu  cukup hangat. Di ujung timur garis horison, terlihat awan tebal, masih menyelimuti pegunungan. Nampaknya rinai akan membasah bumiku beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Bmkg), prediksi hujan masih mengguyur Kota Parepare dan sekitarnya, beberapa hari ke depan. Matahari mulai menghangatkan bumi yang basah selama tiga hari terakhir, diguyur hujan. Membuatku butuh kehangatan.  Berita banjir dan meluapnya Salo Karajae, dan sebagian warga di bilangan Bacukiki harus mengungsi menjadi isu hangat di berbagai media, baik media cetak, media siber, maupun media sosial. Saya berdoa semoga hujan membawa keberkahan dan penambah rezeki bagi kita semua. "Aaminn," doaku. Suhu dingin selama tiga hari ini membangkitkan selera makanku. Bahkan makin membuncah, ingin menikmati sokko bolong (ketan hitam). Pagi-pagi, istri saya menyediakan menu yang sudah kurindukan itu. M

Perangi Sampah

Setiap hari browsing media online, sudah jadi kebiasaan setiap hari.Sekadar, mencari info sepak bola di negeri Ratu Elisabeth, Juku Eja, dan perkembangan Timnas kategori umur.  Sebuah headline salah satu media terbesar, membuat kaget, sekaligus takut. Media itu, mengulik produksi sampah di negeri zambrut khatulistiwa. "Bahaya," kataku, sambil terus membaca ulasan soal produksi sampah di negeriku.  Saat ini, produksi sampah di Indonesia sudah mencapai 7.300 ton setiap jam.Sampah-sampah itu, paling banyak diproduksi di rumah tangga.  Media itu melansir sebuah survei hanya 49,2 persen rumah tangga melek sampah. Sisanya mereka tak ambil pusing. Hasil survei ini diperoleh dipublikasi Katadata Insight Center (KIC), dari 354 responden dari lima kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.Survei ini menunjukkan dari 50,8 persen rumah tangga yang tidak memilah sampah.  Survei yang digelar 28 September hingga 1 Oktober 2019 ini, disimpulkan