Dinas Pemberdayaan Perempaun dan Perlindungan Anak (DP3A) bersama Wanita Islam (WI), menetapkan 10 Ibu Inspiratif. Mereka dianggap sukses mengantar anak-anaknya hidup mandiri dan teladan bagi masyarakat.
Kesepuluh Ibu inspiratif adalah Hj Badariah Pawe, Ibu dari Walikota Parepare, Dr HTaufan Pawe SH MH, lahir tanggal, 11 Desember 1948, 71 tahun yang lalu, berprofesi sebagai ibu rumah tangga, tapi dari rahimnya lahir seorang anak cerdas yang kini menjadi Walikota Parepare.
Hj Badariah Pawe menjadi Ibu yang mengispirasi masyarakat, ia sorang ibu rumah tangga, tapi mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga menjadi kepala daerah.
Hj Ratna Ewang, ibu dari Hj. Erna Rasyid Taufan, SE M Pd, ia lahir tanggal 14 Ferbruari 1945, berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan usaha salon.
Dari rahimya lahir seorang anak perempuan yang penuh talenta, cantik dan kini menjadi Ketua Penggerak PKK Kota Parepare.
Ibu itu, memiliki 12 orang anak, semua melanjutkan pendidikan hingga sarjana.
Putra-putrinya bekerja di berbagai instansi baik negeri maupun swasta. Ia dinilai mampu mengispirasi masyarakat atas kemampuan dan kesabaran mendidik anak-anaknya dengan penuh keikhlasan.
"Jika ada masalah, maka Ibu hanya tersenyum saja. Tapi, ia ditunjang dengan sikap kedisiplinan seorang bapak yang berprofesi sebagai tentara," kata Penanggung Jawab Kegiatan Dr Nurhayati.
Hj.
Erna Rasyid Taufan, SE, M.Pd, lahir 1 Desember 1966, ia memiliki 3 orang anak. Ia dianggap menginspirasi sebagai sosok Ibu selain sebagai istri Walikota Parepare, ia memiliki kemampuan berdakwah dan jago memasak.
Pernah mengharumkan nama Kota Parepare di tingkat nasional, ia seorang desainer, menghapal Al-qur’an dan menerapkan mulai dari tingkat anak-anak-sampai dewasa.
Kini, ia melanjutkan pendidikannya pada program S3 di Universitas Muhammadiyah Parepare.
Hj. Andi Siangka Amin, lahir 30 juni 1945, mempunyai 9 orang anak, semuanya sarjana dan semuanya bekerja di berbagai instansi, baik negeri maupun swasta.
Ia mendidik anaknya sangat disiplin, salat lima waktu, mengaji, lalu belajar.
Ia tetap menyekolahkan anak-anaknya meski suaminya meninggal dunia, meskipun ia hanya seorang ibu rumah tangga.
Ia membuka usaha kecil-kecilan di rumahnya, Hj. Andi Siangka, salah satu pendiri Organisasi Aisyiah Kota Parepare.
Hj. Andi Bakrah Mainong, lahir 8 Agustus 1948, berprofesi sebagai ibu rumah tangga mempunyai 8 orang anak dan semuanya sarjana dan semua bekerja di berbagai instansi baik negeri maupun swasta.
Ia berhasil mengispirasi warga mendidik anak-anaknya dengan menerapkan tiga tips, setiap magrib, semua anak-anaknya harus di rumah. Salat Magrib berjemaah, lalu mengaji dan belajar.
"Anak-anak yang keluar rumah, hanya sampai jam sembilan malam saja, siapa yang datang lewat jam sembilan, harus tidur di teras," katanya.
Dra. Hj. Sitti Maryam Latif, berusia 69, ia berprofesi sebagai seorang guru PNS, mempunya 6 orang anak semuanya sarjana dan semua bekerja baik di negeri maupun swasta.
Istri Prof Dr Muis Kabri ini, ia aktivis perempuan, ia juga seorang guru harus masuk di kelas mulai 07.00, ia mampu mengurus anak-anaknya, tanpa asisten rumah tangga dan Ketua Umum Ummahat DDI.
Hj. Mulia Kuruseng, ibu rumah tangga mempunyai 15 orang anak dan semuanya sarjana, semuanya bekerja, baik negeri maupun swasta.
"Bahkan data ini saya temukan saat wawancara dengan Kick Andy, termasuk sosok perempuan langka di Indonesia," ujarnya.
Ia mendidikan anak-anaknya tanpa mengeluh, tidak pernah memukul anaknya. "Jika dia marah, maka pergi wudhu. Beliau, single parent, sebagai ibu dan bapak," kata Dr Nurhayati.
Naomi Sampeangin, berusia 68 tahun yang lalu mempunyai 5 orang anak, dan berprofesi sebagai pemerhati sosial, mengurus orang-orang bermasalah dengan penuh kesabaran, ketabahan mulai dari lansia sampai orang sakit jiwa.
Bahkan di rumahnya dibuat pondok lansia dan sakit jiwa. Namun semua juga anaknya bisa sarjana dan semuanya di bidang kesehatan, kalau tidak dokter pasti di kesehatan masyarakat, bahkan dosen di akademi perawatan.
Hj. Ida Hamdah, SE, berusia 57 tahun, ia berprofesi sebagai pengusaha kuliner, salon syariah, mempunyai 3 orang anak, juga semuanya sarjana, dan semuanya juga bekerja.
Single parent, ia mampu mendidik anak-anaknya hingga hidup mandiri.
Andi Nurhanjayani, 64 tahun, mempunyai 4 orang anak. Ia mendidik anak-anaknya dengahn ikhlas hingga mandiri. Ia hanya tamat SMEA, tapi pernah menjadi anggoat Komisi Pemilihan Umum (KPU),anggota DPRD Kota Parepare selama dua periode.
Sering menjadi pembicara di tingkat nasional, menjadi Kartini versi Kedutaan Australia. Di usianya tak muda, tetap mengajak warga belajar
tari tradisonal Bacukiki Jeppeng, ia terus melestarikan tarian Jeppeng. (*)
Komentar