Langsung ke konten utama

One Day One Juz

Komunitas One Day One Juz (Odoj) Komisariat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare digagas dua tahun lalu, kini mulai banyak diminati mahasiswa. 
Program One Day One Juz untuk membumikan Alquran. 

 Pembina Odoj, Arfandi MP, Senin, 19 November, mengatakan, program Odoj dibagi menjadi tiga kelas. Yakni kategori C adalah dasar, kategori B pembelajaran tajwid, kategori A telah masuk pembelajaran tilawah, dan melagu. 

Odoj memiliki program mengaji luar masjid dan mendakwahkan pentingnya mengaji kepada masyarakat. 

 "Kita ingin mahasiswa menyisihkan waktu sebentar membaca Alquran. Kita akan membuka cabang komisariat di setiap kampus di Kota Parepare untuk membumikan Alquran," katanya.

 Program membumikan Alquran dan melangitkan manusia melalui One Day One Juz dengan cara menolong sesama, membantu sesama, menggenjot kader agar berakhlak baik. 

 Saat ini, kata dia, pergaulan anak milenial tidak pernah lepas dari HP, sehingga milenial perlu diberikan pengetahuan dengan literatur Alquran. 

 "Nanti Odoj go to school, kita perkenalkan kepada adik-adik siswa bagaimana mencintai Alquran dengan membaca Alquran. Kita ingin mahasiswa dan pelajar mendekatkan diri kepada Alquran," katanya. 

 Ia mengaku, komunitas Odoj didesain dengan kreatifitas. Memiliki kostum dan media, agar para generasi bisa melirik komunitas One Day One Juz. 

 Saat ini, kata dia, dimulai bagaimana mendekatkan membaca Alquran. Walaupun belum bisa membaca satu hari satu jus, kemungkinan bisa membaca satu halaman. Pasti bisa berkembang dengan baik. 
 "Kelompok bagian dasar itu belum bisa ambil One Day One Juz itu, tapi kalau kategori A dan B sudah bagus bacanya, otomatis sudah lancar bacanya. Jadi sudah bisa baca satu hari, satu juz. Kita fokus membaca Alquran dan menghafal Alquran," katanya.

 Ketua Komisariat Odoj IAIN Parepare, Anto, mengatakan, Komunitas One Day One Juz memiliki program Ma'afiq (Madrasah alam fiqh), Kalqulus (Kajian Alquran ala ustaz), pembelajaran atau pelatihan mengaji, Ngabakso (Ngaji bareng komunitas One Day One Juz) dan tadabbur quran. "

"Odoj memiliki empat yakni kajian dan keislaman, devisi pusat pengembangan baca Alquran, devisi admin dan IT, dan devisi inventaris. Pelatihan satu hari satu juz, dengan list yang disediakn di grup whatsapp. Pelatihan digelar dua kali sepekan," katanya. 

 Sebelumnya, Komunitas One Day One Juz Kota Parepare gelar Qobuulu Syababul Quran (Penyambutan sahabat Alquran) dengan tema "Meraih Hari Esok Dengan Kemuliaan Al-Quran". Acara ini digelar setelah Odoj mendapat pengakuan dari Pemerintah Kota Parepare. 

 Pembina Odoj lainnya, Nur Hikmah, mengatakan, pihaknya bersinergi dengan Pemerintah Kota Parepare, menjadikan Kota Parepare sebagai kota santri dan kota ulama. 

 "Kami para penerus generasi bangsa yang siap berjuang untuk kemajuan Kota Parepare," katanya. 

 Kepala Dinas Kominfo Kota Parepare, Iskandar Nusu, mengapresiasi kehadiran komunitas Odoj. 

 Komunitas ini merangkul pelajar, mahasiswa, dan masyaraka agar bisa mendekatkan diri dan cinta kepada Alquran. 

Selain itu, mengamalkan nilai-nilai Alquran melalui program keagamaan, kemanusiaan, dan pemberdayaan potensi. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Minggu : Arti Kata Sekolah dan Belajar

       (ilustrasi dw.com) Tiga hari sebelum dimulai pembelajaran semester genap, tahun ajaran 2020 - 2021, Tuan Guru 'dicecar' sejumlah pertanyaan dari anak didiknya. Di Whatshapp Grup, puluhan pertanyaan seputar kapan belajar, kapan sekolah, kapan belajar tatap muka, dan lainnya. Tuan Guru menjawab pertanyaan anak didiknya dengan sabar. Selain itu, ia membagikan tautan atau link berita berkaitan informasi belajar tatap muka semester genap. Alhamdulillah, anak didik Tuan Guru mulai memahami kondisi di era pandemi. Jumlah warga terpapar Virus Korona, terus bertambah. Hari ini, Minggu, 3 Januari 2020, Tuan Guru ingin berbagi pengetahuan sedikit mengenai arti dan makna kata sekolah dan belajar.  Bukan menggurui, tapi berbagi, meski sudah benyak mengetahui arti dan makna dua diksi itu, tapi sering ada yang keliru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sekolah itu bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Saya kuti

Sokko Bolong

Sabtu, 19 Desember, sang surya nampak malu-malu, menampakkan dirinya dari ufuk. Suhu pagi itu  cukup hangat. Di ujung timur garis horison, terlihat awan tebal, masih menyelimuti pegunungan. Nampaknya rinai akan membasah bumiku beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Bmkg), prediksi hujan masih mengguyur Kota Parepare dan sekitarnya, beberapa hari ke depan. Matahari mulai menghangatkan bumi yang basah selama tiga hari terakhir, diguyur hujan. Membuatku butuh kehangatan.  Berita banjir dan meluapnya Salo Karajae, dan sebagian warga di bilangan Bacukiki harus mengungsi menjadi isu hangat di berbagai media, baik media cetak, media siber, maupun media sosial. Saya berdoa semoga hujan membawa keberkahan dan penambah rezeki bagi kita semua. "Aaminn," doaku. Suhu dingin selama tiga hari ini membangkitkan selera makanku. Bahkan makin membuncah, ingin menikmati sokko bolong (ketan hitam). Pagi-pagi, istri saya menyediakan menu yang sudah kurindukan itu. M

Perangi Sampah

Setiap hari browsing media online, sudah jadi kebiasaan setiap hari.Sekadar, mencari info sepak bola di negeri Ratu Elisabeth, Juku Eja, dan perkembangan Timnas kategori umur.  Sebuah headline salah satu media terbesar, membuat kaget, sekaligus takut. Media itu, mengulik produksi sampah di negeri zambrut khatulistiwa. "Bahaya," kataku, sambil terus membaca ulasan soal produksi sampah di negeriku.  Saat ini, produksi sampah di Indonesia sudah mencapai 7.300 ton setiap jam.Sampah-sampah itu, paling banyak diproduksi di rumah tangga.  Media itu melansir sebuah survei hanya 49,2 persen rumah tangga melek sampah. Sisanya mereka tak ambil pusing. Hasil survei ini diperoleh dipublikasi Katadata Insight Center (KIC), dari 354 responden dari lima kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.Survei ini menunjukkan dari 50,8 persen rumah tangga yang tidak memilah sampah.  Survei yang digelar 28 September hingga 1 Oktober 2019 ini, disimpulkan