Langsung ke konten utama

Setialah, Membagi Cinta Bikin Resah

"Sentuhlah dia tepat di hatinya. Dia akan  menjadi menjadi milikmu selamanya," kata ustadz Somad, dai kondang asal Riau, dalam sebuah ceramahnya.

Ceramah alumni Al-Azhar Mesir dan Darul Hadis Maroko itu, membuat sohib Tuan Guru bersemangat. Maklum sang sohib sering gagal move on gegara komunikasi yang dibangun tidak pakai hati.

Saat merasakan kehilangan, kita akan tahu betapa pentingnya arti seseorang. Cara terbaik untuk move on adalah balikan. Yah, mutar balik. Tidak perlu malu. Tapi jangan asal move on,  jika kamu masih cinta.

Yang kamu lihat dari jauh belum tentu lebih baik dari yang ada di sisimu saat ini. Jika hati masih bisa bertaut satu, maka setialah. Setia itu indah, membagi cinta itu hanya bikin resah.

Jika sudah telanjur “keluar rumah” ke hati yang lain,  pintu maaf masih terbuka lebar untukmu. 

Move on-lah, kembali masuk ke dalamnya, kecuali kalau kamu memang sudah bukan segala baginya lagi.

 “Hapuslah jejaknya,” kata Ariel ‘Noah’. 

"Setelah itu, tetap buka hatimu untuk cinta. Rangkullah bila cinta kembali menjemputmu," kata Maman Suherman di program ILK.

Move on-lah dengan cara bangun komunikasi dua arah.  Tanpa komunikasi, kamu kehilangan segalanya. Kehilangan arah, kehilangan semangat, bahkan bisa kehilangan cinta.

Bukalah komunikasi dengan hati-hati agar tidak ada yang sakit hati. Hati yang normal membuat  jiwa sehat. Rawatlah  hati Anda agar tidak bertaut ke lain hati. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Minggu : Arti Kata Sekolah dan Belajar

       (ilustrasi dw.com) Tiga hari sebelum dimulai pembelajaran semester genap, tahun ajaran 2020 - 2021, Tuan Guru 'dicecar' sejumlah pertanyaan dari anak didiknya. Di Whatshapp Grup, puluhan pertanyaan seputar kapan belajar, kapan sekolah, kapan belajar tatap muka, dan lainnya. Tuan Guru menjawab pertanyaan anak didiknya dengan sabar. Selain itu, ia membagikan tautan atau link berita berkaitan informasi belajar tatap muka semester genap. Alhamdulillah, anak didik Tuan Guru mulai memahami kondisi di era pandemi. Jumlah warga terpapar Virus Korona, terus bertambah. Hari ini, Minggu, 3 Januari 2020, Tuan Guru ingin berbagi pengetahuan sedikit mengenai arti dan makna kata sekolah dan belajar.  Bukan menggurui, tapi berbagi, meski sudah benyak mengetahui arti dan makna dua diksi itu, tapi sering ada yang keliru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sekolah itu bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Saya kuti

Sokko Bolong

Sabtu, 19 Desember, sang surya nampak malu-malu, menampakkan dirinya dari ufuk. Suhu pagi itu  cukup hangat. Di ujung timur garis horison, terlihat awan tebal, masih menyelimuti pegunungan. Nampaknya rinai akan membasah bumiku beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Bmkg), prediksi hujan masih mengguyur Kota Parepare dan sekitarnya, beberapa hari ke depan. Matahari mulai menghangatkan bumi yang basah selama tiga hari terakhir, diguyur hujan. Membuatku butuh kehangatan.  Berita banjir dan meluapnya Salo Karajae, dan sebagian warga di bilangan Bacukiki harus mengungsi menjadi isu hangat di berbagai media, baik media cetak, media siber, maupun media sosial. Saya berdoa semoga hujan membawa keberkahan dan penambah rezeki bagi kita semua. "Aaminn," doaku. Suhu dingin selama tiga hari ini membangkitkan selera makanku. Bahkan makin membuncah, ingin menikmati sokko bolong (ketan hitam). Pagi-pagi, istri saya menyediakan menu yang sudah kurindukan itu. M

Perangi Sampah

Setiap hari browsing media online, sudah jadi kebiasaan setiap hari.Sekadar, mencari info sepak bola di negeri Ratu Elisabeth, Juku Eja, dan perkembangan Timnas kategori umur.  Sebuah headline salah satu media terbesar, membuat kaget, sekaligus takut. Media itu, mengulik produksi sampah di negeri zambrut khatulistiwa. "Bahaya," kataku, sambil terus membaca ulasan soal produksi sampah di negeriku.  Saat ini, produksi sampah di Indonesia sudah mencapai 7.300 ton setiap jam.Sampah-sampah itu, paling banyak diproduksi di rumah tangga.  Media itu melansir sebuah survei hanya 49,2 persen rumah tangga melek sampah. Sisanya mereka tak ambil pusing. Hasil survei ini diperoleh dipublikasi Katadata Insight Center (KIC), dari 354 responden dari lima kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.Survei ini menunjukkan dari 50,8 persen rumah tangga yang tidak memilah sampah.  Survei yang digelar 28 September hingga 1 Oktober 2019 ini, disimpulkan