Pagi itu, Tuan Guru datang ke sekolah lebih cepat, berharap koneksi internet dengan laptopnya bisa lebih cepat. Maklum jaringan internet di rumahnya terganggu, mungkin pengaruh cuaca.
Pengajaran jarak jauh (PJJ), berlangsung lancar, meski di google classroom dan Whatshapp Grup (WAG) sudah sepi.
Tuan Guru berharap, anak didiknya sibuk persiapkan diri mengikuti Penilaian Akhir Semester (PAS). Ya, hanya belasan anak didik yang aktif berdiskusi di room, tanpa sekat itu.
Saat room baru dibuka, kesabaran Tuan Guru diuji. Seperti biasa, ia membuka pembelajaran dengan mengirimkan pesan berisi nasihat kepada anak didiknya.
Tuan Guru selalu meminta anak didiknya menjalankan protokol kesehatan dengan jaga jarak, pakai masker, rajin cuci tangan, dan menerapkan pola hidup sehat.
"Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh, salam sejahtera bagi kita semua. Semoga nanda semua dalam keadaan sehat walafiat. aaminn... Tetap semangat," pesan Tuan Guru.
"Hari ini, pertemuan terakhir semester ganjil, pekan depan (Senin 14 Desember 2020), kita akan mengikuti ujian semester ganjil," tulisnya.
"Saya minta semua aktif di google classroom, kita akan bahas soal uji kompetensi di halaman....," tulis Tuan Guru via WAG.
Tak lama, anak didik merespon."Masih ada grup mata pelajaran yang belum saya ikuti Pak," katanya.
"Kenapa tak masuk, pekan depan kita sudah ujian Nak," kata Tuan Guru.
"WA baru ka (akun baru di Whatshapp) Bu, karena rusak HPku," jawabnya.
Tuan Guru memahami kondisi anak didiknya."Tak apa-apa, segera hubungi guru mata pelajaran lainnya," nasihat Tuan Guru.
"Ini pelajaran apa Pak," tanya anak didiknya. Tuan Guru hanya diam, menggaruk kepala, sambil tersenyum. Diskusi dengan anak didiknya itu di WAG Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam.
Sebelum Tuan Guru menjawab, anak didik yang lain, lebih cepat menjawab."Mata pelajaran IPA," tulisnya disertai emotion senyum.
"Dituliskah soalnya Pak di buku atau di kertas," tanyanya lagi.
"Iya ditulis," jawab Tuan Guru lagi.
Tuan Guru memaklumi tingkah dan perilaku anak didiknya, sudah sepuluh bulan mereka belajar di era pandemi Covid-19.
Aktivitas belajar dan mengajar secara daring selama dua semester, membuat guru dan anak didik jenuh.
"Saya sudah bosan belajar di rumah Pak, kapan kita belajar di sekolah," tanya anak didik Tuan Guru via chat pribadi.
Tuan Guru meminta anak didiknya sabar dan memahami kondisi kekinian. Saat ini, Virus Korona masih mewabah.
"Kita berdoa agar pandemi ini segera berakhir dan kita bisa belajar di sekolah," jawab Tuan Guru.
Anak didik belajar di rumah, guru mengajar dari rumah. Tapi guru harus memutar otak agar pengajaran berjalan efektif.
Banyak kendala dialami guru dan anak didik saat mengikuti pembelajaran daring , seperti buruknya jaringan internet, percakapan sering terputus, pengawasan orang tua juga minim.
Dialog berubah, dari "nyata" menjadi "maya". Anak didik dan guru harus terbiasa dengan situasi di rumah. Kegiatan belajar dan mengajar sering molor.
Bagi Tuan Guru, pendidikan bukan sekadar menyampaikan materi sesuai kurikulum saja. Pendidik harus mengerti kondisi seluruh anak didiknya.
Selama ini, Tuan Guru memberikan materi secara kreatif, bisa video pembelajaran, bahan presentasi, atau mengirimkan link video dan materi lainnya. (*)
Komentar