Langsung ke konten utama

Dipanggil Mendadak

 

Ilustrasi : amongguru.com


Tuan Guru bersama sembilan tenaga pendidik, diminta ke sekolah. Panggilan mendadak itu disampaikan via Whatshap Grup (WAG), diminta datang tepat waktu, pukul 10.00.

Kami diminta mengikuti protokol kesehatan dengan ketat, mengenakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan.

Tuan Guru datang tepat waktu, sepuluh menit sebelum acara dimulai. Tapi, Pak Kepala Sekolah, ternyata datang lebih awal. Pertemuan dipindahkan ke ruang guru, lebih luas.

"Saya bertanya-tanya, apa gerangan yang akan dibahas," gumamku dalam hati.

Pengeras suara, infocus, dan laptop sudah disediakan, presentasi dimulai. Kami diminta menilai kinerja guru, teman sejawat kami. Tugas ini dimulai tahun depan.

"Ibu dan Bapak, sengaja saya panggil membantu sekolah, melakukan penilaian kinerja guru-guru kita," katanya.

"Sedangkan, penilaian kinerja Ibu Bapak, saya yang  nilai," kata Pak Kepala Sekolah. Kami pun hanya saling tatap.

Hasil PKG, kata dia, sangat penting. Data ini akan digunakan  menyusun profil kinerja guru dalam penyusunan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). 

Hasil PKG dijadikan acuan  penetapan angka kredit guru dalam  pengembangan karir sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 

Pak Kepala Sekolah minta guru agar mengikuti PKG dengan baik, dan penilai diimbau mengukur kinerja guru secara obyektif dan transparan. 

PKG ini mengukur 14 komponen yang sudah dikerjakan guru. Ke-14 komponen itu, menguasai karakteristik peserta didik, menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

Pengembangan kurikulum, pembelajaran yang mendidik, pengembangan potensi peserta didik,  komunikasi dengan peserta didik, penilaian dan evaluasi.

Apakah guru bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional.

Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, etos Kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru.

Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat.

Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

Ke14 komponen itu, sesuai empat kompetensi profesional guru yang wajib dikuasai. Keempat kompetensi tersebut yakni kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan kompetensi profesional.

Setelah mendengar penjelasan, apa itu PKG dan dan indikatornya. Tuan Guru berkesimpulan, tugas ini, cukup menyita waktu dan energi. 

Tapi, dengan sharing pengalaman dan berbagi pengetahuan, kami yakin bisa menjalankan tugas ini dengan bail. 

Biasakan berbagi pengetahuan, mungkin yang kita anggap  biasa. Tapi luar biasa bagi orang lain.(*)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BACA

Kamis pagi, Tuan Guru, harus bangun lebih awal. Persiapan mengajar telah disiapkan, di malam hari. Kini, Tuan Guru harus bergegas, putrinya meronta, ingin segera diantar ke sekolah. "Alhamdulillah, takut, terlambat ke sekolah. Hem, modal yang baik untuk bisa lebih disiplin," gumam Tuan Guru dalam hati. Jam dinding, tergantung di ruang tengah, baru menunjukkan jam 06.30 Wita. Tuan Guru memacu kendaraan roda dua yang sudah mulai menua itu, jarum speedo meter, menunjukkan angka 50 kilometer (km) per jam,  melawati jalan-jalan protokol. Suasana jalan raya mulai ramai, arus lalulintas lancar. Suara sempritan Pak Polisi di jalan raya bersahutan. Mereka berdiri di pinggir jalan mengatur arus lalulintas. Tepat di pertigaan Jalan Jenderal Sudirman dan Ahmad Yani, Kota Parepare, berdiri seorang pria paruh baya, berdiri di badan jalan mengatur arus lalulintas. Polisi lalulintas itu, mengenakan seragam lengkap, tangannya terlihat bergerak kiri dan kanan, demi melancarakan arus

Bukan Tamu Biasa

Kamis, 3 Desember, pewaktu menunjukkan pukul 11.00, cuaca cukup terik, posisi matahari mendekati ekuator (pertengahan) langit, kegiatan belajar mengajar via aplikasi Zoom di samping rumah, berakhir lebih cepat. Putriku Aisyah yang mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ), di samping rumah, pindah ke dalam rumah. Dari depan rumah, terdengar suara cukup ramai. Istri saya mengintip dari jendela, tiga mobil jenis minibus parkir. Para penumpang turun dari mobil, lalu membuka pintu pagar. "Assalamualaikum," ucap salah seorang tamu mengucapkan salam, sambil buka pintu pagar. "Waalaikummusalam, masuki (masuk)" jawab istri saya, bergerak jemput tamu di depan rumah. Tamu itu, bukan tamu biasa, mereka mengendarai mobil dinas dan pribadi. Nampak Kepala Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan (PKP), Wildana. Selain itu Mantan Kepala Kantor Ketahanan Pangan, Rostina, mantan Anggota DPRD Kota Parepare, Nurhanjayani, dan sejumlah pengurus organisasi perempuan lainnya. Istri saya pe

Sokko Bolong

Sabtu, 19 Desember, sang surya nampak malu-malu, menampakkan dirinya dari ufuk. Suhu pagi itu  cukup hangat. Di ujung timur garis horison, terlihat awan tebal, masih menyelimuti pegunungan. Nampaknya rinai akan membasah bumiku beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Bmkg), prediksi hujan masih mengguyur Kota Parepare dan sekitarnya, beberapa hari ke depan. Matahari mulai menghangatkan bumi yang basah selama tiga hari terakhir, diguyur hujan. Membuatku butuh kehangatan.  Berita banjir dan meluapnya Salo Karajae, dan sebagian warga di bilangan Bacukiki harus mengungsi menjadi isu hangat di berbagai media, baik media cetak, media siber, maupun media sosial. Saya berdoa semoga hujan membawa keberkahan dan penambah rezeki bagi kita semua. "Aaminn," doaku. Suhu dingin selama tiga hari ini membangkitkan selera makanku. Bahkan makin membuncah, ingin menikmati sokko bolong (ketan hitam). Pagi-pagi, istri saya menyediakan menu yang sudah kurindukan itu. M