Langsung ke konten utama

Bukan Tamu Biasa


Kamis, 3 Desember, pewaktu menunjukkan pukul 11.00, cuaca cukup terik, posisi matahari mendekati ekuator (pertengahan) langit, kegiatan belajar mengajar via aplikasi Zoom di samping rumah, berakhir lebih cepat.

Putriku Aisyah yang mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ), di samping rumah, pindah ke dalam rumah.

Dari depan rumah, terdengar suara cukup ramai. Istri saya mengintip dari jendela, tiga mobil jenis minibus parkir.

Para penumpang turun dari mobil, lalu membuka pintu pagar.

"Assalamualaikum," ucap salah seorang tamu mengucapkan salam, sambil buka pintu pagar.

"Waalaikummusalam, masuki (masuk)" jawab istri saya, bergerak jemput tamu di depan rumah.

Tamu itu, bukan tamu biasa, mereka mengendarai mobil dinas dan pribadi. Nampak Kepala Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan (PKP), Wildana.


Selain itu Mantan Kepala Kantor Ketahanan Pangan, Rostina, mantan Anggota DPRD Kota Parepare, Nurhanjayani, dan sejumlah pengurus organisasi perempuan lainnya.

Istri saya persilakan masuk ke rumah, tapi mereka menolak, memilih  menuju di samping rumah, tempat biasa saya mengajar via Zoom.

Mereka ternyata tim juri Lomba Pemanfaatan Pekarangan, peringatan Hari Ibu tahun 2020. Mereka mengamati satu per satu tanaman yang ada di samping rumah. 

Para juri mencocokkan kriteria lomba dengan tanaman apotek hidup di samping rumah. Taman saya, biasa saja. Apa adanya, bukan ada apanya.

Tanaman di pot itu sebagian besar tanaman obat herbal dan bumbu masak. Bukan tanaman hias. Tanam dilengkapi meja dan kursi lipat, tempat santai, belajar, dan mengajar. 

Paling ujung kanan, ada sere, kunyit putih, jahe merah, cabai, dan lima pohon kamboja, dan timun. 

Sementara di sebelah kiri, ada pohon bidara, tanaman sejenis lida mertua atau sansevieria,  bawang dayak, binahong dan dua pot tanaman gelombang cinta, daunnya mulai menguning.

Usai mengamati satu per satu tanaman apotek hidup yang kurang tertata rapi itu, mereka pamit. Sebelum pulang, mereka mengintip taman tetangga. 

"Wah, taman itu yang bagus," kata salah satu anggota tim juri. 

Sayang, pemilik taman tidak terdaftar sebagai peserta lomba. Peserta lomba adalah anggota Gabungan organisasi wanita di Kota Parepare. 

Kehadiran tamu istimewa itu, membuat tetangga "terusik". Mereka penasaran kehadiran mereka. 

"Lagi ngapain mereka," tanya tetangga kepada istri saya.

Tetangga saya menyesalkan, mengapa tidak disampaikan ke mereka biar dipenuhi bunga di halaman rumah. Mungkin berharap, bisa juara. 

"Waduh, coba kasi (beri tahu) saya. Saya angkat bunga semua tetangga," katanya. Termasuk bunga dari taman yang dikagumi tim juri.

"Haha," istri saya tertawa

Tanaman, seperti jahe merah dan kunyit putih sudah beberapa kali panen. Tak lama lagi panen sere dan bawang dayak. 

Timun mulai tumbuh dan berkembang. Butuh lanjaran agar bisa bertumbuh. 

Manfaatkan halaman rumah dengan menanam tanaman bermanfaat bagi tubuh kita, terutama tumbuhan klorofil membatu proses fotosintesis. (*)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengejar Asa

Terik matahari tak membuat relawan literasi Rumah Masagenae, Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD), berhenti.Mereka tetap bersemangat membimbing anak-anak putus sekolah. Mereka berharap, kelak,memiliki masa depan yang cerah, seperti anak-anak pada umumnya.  Pada Sabtu, 8 Februari, tepat pukul 14.25 Wita, relawan bergerak menemui anak jalanan di sudut kota. Relawan bergerak menuju tempat favorit mereka di tengah Kota Bandar Madani. Saat tiba di lokasi, dari jauh, sudah terlihat empat anak-anak kecil berambut kriting, kulitnya putih, mengenakan baju berwana biru.  Duduk di tepian jalan. Temannya memanggilnya IS (nama samaran), ia duduk di belakang sebuah mobil bersama dua kawannya asyik bersenda gurau, ia memegang kaleng, duduk di atas balai-balai beralaskan papan.   "Apa dibiki dek," tanya Nisa, salah satu fasilitator di RBCD. "Lagi tunggu kapal kak," jawab anak laki-laki bertubuh tambun.  "Ayo mi ke RBCD, kita belajar dan bermain lagi," ajaknya.   "Ih, k...

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti sau...

Dekaplah Anakmu

"Didiklah anak ayah dan bunda kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia," kata seorang ibu kepada anaknya. Anak-anakmu akan menjadi generasi yang menggantikan kita semua. Sehingga ayah dan bunda serta guru memang harus duduk bersama untuk bentuk karakter anak agar mengerti agama dan budayanya. "Saya mengajak ayah dan bunda agar meluangkan waktu di tengah kesibukan kita, memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Waktu anak-anak di sekolah sangat terbatas," katanya.  “Suatu saat ayah, merindukan anaknya. Tapi banyak anak yang meluapkan dekapan ayahnya." Tempat  keluarga sebagai maadrazah pertama bagi anak. Berikan perhatian dan waktu yang lebih untuk anak-anak kita.  "Kita perlu gerakan 1821. Yakni pukul 18.00 Wita-pukul 21.00 Wita, televisi dan internet dimatikan. Ayo kita duduk bersama anak, berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Saya yakin anak-anak akan merinduk...