Langsung ke konten utama

Inilah Pesan TNI Tertulis di Monumen 40 Ribu Jiwa


Senin, 5 Oktober 2020, sore. Istri saya mengajak jalan-jalan sore. Maklum tiga hari berkutat di Workshop Pembelajaran Virtual di Kampus Tosca IAIN Parepare.  

Kami menyusuri sudut-sudut Kota Parepare, di saat matahari mulai berada di garis cakrawala. Mulai gelap.

Sasaran saya,  sebuah kafe di dekat Pelabuhan Ajatappareng, menyaksikan matahari kembali ke peraduan sambil melepas kepenatan setelah beraktivitas seharian.

Saat tiba di TKP, kafe langganan kami tempat nongkrong, ternyata tutup, hanya penjaga kafe terlihat sibuk menyusun kursi. 

"Tutup Pak," katanya kepada kami. Mendengar pernyataan penjaga kafe, istri saya mengajak pulang, di perjalanan, suara salawat mulai bergema dari masjid-masjid. 

Saat melintas di depan Masjid Raya Kota Parepare, suara azan dikumandankan. Kami mampir di masjid tertua di Kota Parepare itu.

Setelah salat berjemaah, saya bertemu dengan sahabat dan teman di masjid itu. Sakadar say halo. Beliau membaca wirid dan doa.

Saya keluar lebih cepat. Saya menuju sebuah jajanan kuliner, tepat  di depan masjid. Manumen Korban 40 ribu jiwa. 

Di sekitar monumen bersejarah itu, sejumlah panganan siap manjakan lidah. Kami duduk di kursi, di depanku monumen Garuda Pancasila berdiri kokoh dan sejumlah lukisan, perjuangan pahlawan, terlihat sangat jelas. 

Lukisan itu menggambarkan perjuangan rakyat Indonesia di masa kolonial Belanda. Sementara itu, ribuan burung walet kembali ke sarangnya.

Saya tertarik dengan sebuah tulisan paling kiri monumen itu. Tulisan itu berisi pesan kepada rakyat agar mengisi kemerdekaan dengan baik dan benar agar arwah pahlawan kita tenang di alam barzah.

"Kami hanya tulang-tulang berserakan.Tapi adalah kepunyaanmu. Kaulah yang tentukan nilai itu. 

Tulang belulang berserakan ataukah jiwa kami  melayang untuk  kemerdekaan, kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa.

Kaulah sekarang yang berkata,  kami bicara padamu pada hening di malam sepi. 

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang bedetak. Kami mati muda. Teruskan teruskan perjuangan kamu."

Di bagian akhir tulisan itu tertulis "Tentara Nasional Indonesia tak akan menyerah"

Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia. Jagalah negeri ini bersama rakyat. TNI Jaya Bersama Rakyat. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengejar Asa

Terik matahari tak membuat relawan literasi Rumah Masagenae, Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD), berhenti.Mereka tetap bersemangat membimbing anak-anak putus sekolah. Mereka berharap, kelak,memiliki masa depan yang cerah, seperti anak-anak pada umumnya.  Pada Sabtu, 8 Februari, tepat pukul 14.25 Wita, relawan bergerak menemui anak jalanan di sudut kota. Relawan bergerak menuju tempat favorit mereka di tengah Kota Bandar Madani. Saat tiba di lokasi, dari jauh, sudah terlihat empat anak-anak kecil berambut kriting, kulitnya putih, mengenakan baju berwana biru.  Duduk di tepian jalan. Temannya memanggilnya IS (nama samaran), ia duduk di belakang sebuah mobil bersama dua kawannya asyik bersenda gurau, ia memegang kaleng, duduk di atas balai-balai beralaskan papan.   "Apa dibiki dek," tanya Nisa, salah satu fasilitator di RBCD. "Lagi tunggu kapal kak," jawab anak laki-laki bertubuh tambun.  "Ayo mi ke RBCD, kita belajar dan bermain lagi," ajaknya.   "Ih, k...

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti sau...

Dekaplah Anakmu

"Didiklah anak ayah dan bunda kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia," kata seorang ibu kepada anaknya. Anak-anakmu akan menjadi generasi yang menggantikan kita semua. Sehingga ayah dan bunda serta guru memang harus duduk bersama untuk bentuk karakter anak agar mengerti agama dan budayanya. "Saya mengajak ayah dan bunda agar meluangkan waktu di tengah kesibukan kita, memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Waktu anak-anak di sekolah sangat terbatas," katanya.  “Suatu saat ayah, merindukan anaknya. Tapi banyak anak yang meluapkan dekapan ayahnya." Tempat  keluarga sebagai maadrazah pertama bagi anak. Berikan perhatian dan waktu yang lebih untuk anak-anak kita.  "Kita perlu gerakan 1821. Yakni pukul 18.00 Wita-pukul 21.00 Wita, televisi dan internet dimatikan. Ayo kita duduk bersama anak, berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Saya yakin anak-anak akan merinduk...