Langsung ke konten utama

Ujian Sesungguhnya Baru Dimulai

Bulan Suci Ramadan, tempat menabur benih kebaikan. Ramadan, ladang amal ibadah. Ramadan, tempat berbagi dengan sesama. Ramadan, madrasah menguji iman dan takwa bagi umat yang  beriman.

Saat Ramadan, semua kebaikan bernilai ibadah. Amal kebaikan dilipatgandaakan. Mari muhasabah diri agar kita mendapat predikat taqwa.

Ramadan dan lebaran datang serta pergi, setiap tahun. Semoga kita dipertemukan Ramadan berikutnya. Tapi, apakah kita sudah bercermin pada diri sendiri, sebelum ibadah kita dihisap, kelak.

Jangan gadai amalan Ramadan dengan sifat ketidakjujuran dan kesewenangan. Berkata dan berbuat  jujur memang sulit, terkadang orang di sekitar kita menjadi marah. Kejujuran memang kadang tidak menjajikan kemewahan, tapi selalu memberi kedamaian qalbu.

Saat ini, sikap jujur, bukan menjadi pedoman utama sebagian umat, tapi kejujuran selalu memberi kenikmatan hidup.

Sikap jujur tak selalu berakhir indah, tapi jujur  selalu diujikan dan diamalkan. Jujur kerkadang terasa susah, tapi bisa diamalkan. Sifat jujur janganlah lekang. Berkata benar muka belakang, jujur harus ikhlas, agar  hidupmu tidak kecewa (Gus Mus).

Puasa orang beriman diterima, jika mampu menundukan hawa nafsu duniawi selama bulan Ramadan dan mengoptimalkan ibadah dengan penuh keikhlasan.

Di hari fitri, kita akan mendapatkan penghargaan yang luar biasa, yakni rahmat, magfirah, dan ampunan.  Penghargaan itu, diuji setelah Ramadan, yakni meningkatnya kesalehan individu dan sosial.

Hari fitri, tempat marajut tali silaturahmi, saling memaafkan  dan memberi maaf. Selama Ramadan, kita sukses  melawan nafsu duniawi, mengerjakan yang halal. Semoga setelah Ramadan, hal-hal yang dilarang atau haram tidak dikerjakan.

Idulfitri sebagai ajang merefleksi diri agar mendekatkan diri pada Sang Pencipta Alam dan mampu mengasah kepekaan sosial di tengah-tengah masyarakat.

****
Saat ini seluruh dunia dihadapkan berada bayang-bayang Virus Corona, membuat kita tidak bebas beraktifitas. Virus pertama kali ditemukan di Wuhan itu, menjangkiti jutaan warga di seluruh jagat raya.

Saya yakin, semua kejadian ini tidak terlepas atas  izin Allah SWT. Hamba beriman harus menyikapi dengan bijak.

"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. At-Taghabun 64: Ayat 11)

Mari kita melakukan pencegahan penularan virus mematikan itu dengan menjaga kebersihan, mencuci tangan dan selalu memakai masker apabila keluar rumah.

Social Distancing dan Physical Distancing atau menjaga jarak juga penting kita terapkan, terlebih menjauhi kerumunan.

Musibah ini menjadi ujian bagi kita. Ujian ini harus dihadapi dengan sabar. Kesabaran menguatkan keimanan dan ketaqwaan kita.

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)

Setelah berpuasa, ujian kita menjaga lisan dan perbuatan kita serta berbuat baik kepada sesama. Mari kita belajar pada lebah.

Lebah selalu melihat dan mencium yang baik. Meski berada di tempat kotor dan busuk. Selalu mencari yang baik. Beda dengan lalat, meski berada di tempat yg bersih mata dan hidungnya selalu mengendus myang busuk.

Lalu bagaimana dengan mata, telinga, dan hidung kita, semoga mata kita tetap menatap yang baik-baik. Hidung kita mencium yang harum. Telinga mendengar yang baik. Ujian sesungguhnya baru dimulai. Jagalah kebersihan mata, hidung, mulut dan telinga kita. Selamat Hari Raya Idulfitri.(*)

Postingan populer dari blog ini

Mengejar Asa

Terik matahari tak membuat relawan literasi Rumah Masagenae, Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD), berhenti.Mereka tetap bersemangat membimbing anak-anak putus sekolah. Mereka berharap, kelak,memiliki masa depan yang cerah, seperti anak-anak pada umumnya.  Pada Sabtu, 8 Februari, tepat pukul 14.25 Wita, relawan bergerak menemui anak jalanan di sudut kota. Relawan bergerak menuju tempat favorit mereka di tengah Kota Bandar Madani. Saat tiba di lokasi, dari jauh, sudah terlihat empat anak-anak kecil berambut kriting, kulitnya putih, mengenakan baju berwana biru.  Duduk di tepian jalan. Temannya memanggilnya IS (nama samaran), ia duduk di belakang sebuah mobil bersama dua kawannya asyik bersenda gurau, ia memegang kaleng, duduk di atas balai-balai beralaskan papan.   "Apa dibiki dek," tanya Nisa, salah satu fasilitator di RBCD. "Lagi tunggu kapal kak," jawab anak laki-laki bertubuh tambun.  "Ayo mi ke RBCD, kita belajar dan bermain lagi," ajaknya.   "Ih, k...

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti sau...

Dekaplah Anakmu

"Didiklah anak ayah dan bunda kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia," kata seorang ibu kepada anaknya. Anak-anakmu akan menjadi generasi yang menggantikan kita semua. Sehingga ayah dan bunda serta guru memang harus duduk bersama untuk bentuk karakter anak agar mengerti agama dan budayanya. "Saya mengajak ayah dan bunda agar meluangkan waktu di tengah kesibukan kita, memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Waktu anak-anak di sekolah sangat terbatas," katanya.  “Suatu saat ayah, merindukan anaknya. Tapi banyak anak yang meluapkan dekapan ayahnya." Tempat  keluarga sebagai maadrazah pertama bagi anak. Berikan perhatian dan waktu yang lebih untuk anak-anak kita.  "Kita perlu gerakan 1821. Yakni pukul 18.00 Wita-pukul 21.00 Wita, televisi dan internet dimatikan. Ayo kita duduk bersama anak, berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Saya yakin anak-anak akan merinduk...