Langsung ke konten utama

Berdamai Dengan Korona

Perang melawan Korona sudah ditabuh. Bagi Tuan Guru, Korona Virus Disease (Covid-19) datang tiba-tiba, mencari inang atau tempat tinggal baru. Ia tinggal dan menggrogoti  organ pernafasan manusia.

Virus  pertama kali terdeteksi di, Kota Wuhan, Tiongkok 31 Desember 2019 itu, kini telah menjangkiti jutaan  manusia sejagat raya. Di Indonesia virus berbentuk mahkota itu telah menjangkiti ribuan orang dan ratusan warga dilaporkan meninggal dunia.

Kini, puluhan juta anak sekolah dan mahasiswa terpaksa dirumahkan, kampus dan sekolah ditutup, demi melindungi mereka dan memutus rantai penyebaran wabah Korona.

Bencana non alam itu datang tiba-tiba. Membuat warga harus kembali ke rumah, bekerja di rumah, belajar di rumah, mengajar di rumah, dan beribadah di rumah.

Virus Korona telah membuat panik manusia sejagat dan membuat dunia tak berdaya.Efek yang ditimbulkan luar biasa, tempat ibadah ditutup, mall ditutup, dilarang berkumpul.

Di sisi lain, Korona, mengajarkan kita kembali agar selalu jaga kebersihan dan hidup sehat, olahraga dan istirahat yang cukup.

Tak ada jalan lain kecuali berdamai dengan Korona, berdamai dengan keadaan, berdamai dengan diri sendiri. Rakyat harus patuh dan taat anjuran pemerintah, ulama, serta pemuka agama.

Kita harus berdamai. Kita belum pernah menghadapi musuh seperti Korona, tak bisa dilihat mata tanjang. Harus dipotret dengan mikroskop canggih.

Orang tua harus berdamai dengan keadaan, membuat jadwal selama masa dirumahkan. Orang tua bersama anak wajib disiplin, jadwal belajar, olahraga, dan istirahat, serta ibadah.

Saatnya orang tua bersama anak duduk bersama, belajar bersama, dan ibadah bersama. Jika semua patuh dan disiplin berada di rumah, maka Korona bisa dikalahkan.

Cerita Wabah
Laman nu.or.id, melansir selama kurun waktu 1911-1926,  rakyat Indonesia pernah terjangkit wabah mematikan, Pes. Wabah yang bersumber dari virus dan dibawa  kutu itu menempel pada  tikus ini menewaskan sekitar 120.000 jiwa.

Sebagian besar korban berasal dari Jawa Tengah. Namun, wabah pertama kali terjadi di Malang, Jawa Timur, lalu merembet ke seluruh Pulau Jawa kala itu.

Mengatasi wabah besar Pes di Jawa tahun 1911-1926, Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda menjalankan program pembongkaran hampir sejuta rumah. Rumah dibongkar di bagian atap, dinding anyaman, dan menutup lubang bambu tempat tikus bersembunyi.

Gerak cepat pemerintah kolonial dalam menangani Pes ini tidak terlepas dari pengalaman tragis orang-orang Eropa yang terjangkit wabah serupa pada ke-14. Wabah Pes telah membunuh sekitar 60 persen populasi di Eropa pada waktu itu.

Dikutip, tirto.id, dari.business insider, sejumlah penyakit yang pernah mewabah dan membuat dunia tak berdaya.

Kolera (1817-1823)
Pandemi kolera pertama di Jessore, India. Pandemi ini menewaskan jutaan orang.
Tahun 1854, seorang dokter Inggris bernama John Snow menemukan beberapa hal tentang bagaimana mencegah penyebaran.

 Ia membendung wabah dengan mengisolasi sumbernya ke pompa air tertentu di lingkungan Soho London.

WHO melaporkan  Kolera menginfeksi 1,3 juta hingga 4 juta orang setiap tahun, dengan kematian tahunan berkisar antara 21.000 hingga 143.000. Penyakit ini disebabkan konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri tertentu.

HIV/ AIDS (1976-sekarang)
Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyebabkan AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Kematian yang disebabkan penyakit ini di seluruh dunia mencapai 36 juta jiwa.

Kasus pertamanya ditemukan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1920 dan menewaskan lebih dari 36 juta orang sejak 1981. Saat ini ada 75 juta orang yang hidup dengan HIV.

Hong Kong Flu atau H3N2 (1968-1970)
Flu Hong Kong telah memakan korban kurang lebih 1 juta jiwa dan 100.000 berada di AS. Pandemi flu ini terjadi pada tahun 1968, disebabkan oleh H3N2 dari virus Influenza A.

Hanya butuh 17 hari sebelum wabah virus dilaporkan di Singapura dan Vietnam, dan dalam tiga bulan telah menyebar ke Filipina, India, Australia, Eropa, dan Amerika Serikat.

SARS (2002-2003)
SARS atau sindrom pernapasan akut yang parah adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari 7 coronavirus yang dapat menginfeksi manusia.

Pada tahun 2003, wabah yang berasal dari provinsi Guangdong di Cina ini menjadi pandemi global karena dengan cepat menyebar ke total 26 negara dan menginfeksi lebih dari 8.000 orang. Kematian yang disebabkan oleh kasus ini diperkirakan mencapai 774 jiwa.

Ebola (2014-2016)
Virus Ebola terbatas dalam jangkauannya tetapi menjadi penyakit yang mematikan. Kasus pertama ditemukan di sebuah desa kecil di Guinea pada tahun 2014 dan menyebar ke beberapa negara tetangga di Afrika Barat.

Virus ini membunuh 11.325 dari 28.600 orang yang terinfeksi. Sebagian besar kasus terjadi di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.  Ebola diperkirakan menelan biaya total 4,3 miliar dolar AS.(*)

Postingan populer dari blog ini

Mengejar Asa

Terik matahari tak membuat relawan literasi Rumah Masagenae, Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD), berhenti.Mereka tetap bersemangat membimbing anak-anak putus sekolah. Mereka berharap, kelak,memiliki masa depan yang cerah, seperti anak-anak pada umumnya.  Pada Sabtu, 8 Februari, tepat pukul 14.25 Wita, relawan bergerak menemui anak jalanan di sudut kota. Relawan bergerak menuju tempat favorit mereka di tengah Kota Bandar Madani. Saat tiba di lokasi, dari jauh, sudah terlihat empat anak-anak kecil berambut kriting, kulitnya putih, mengenakan baju berwana biru.  Duduk di tepian jalan. Temannya memanggilnya IS (nama samaran), ia duduk di belakang sebuah mobil bersama dua kawannya asyik bersenda gurau, ia memegang kaleng, duduk di atas balai-balai beralaskan papan.   "Apa dibiki dek," tanya Nisa, salah satu fasilitator di RBCD. "Lagi tunggu kapal kak," jawab anak laki-laki bertubuh tambun.  "Ayo mi ke RBCD, kita belajar dan bermain lagi," ajaknya.   "Ih, k...

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti sau...

Dekaplah Anakmu

"Didiklah anak ayah dan bunda kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia," kata seorang ibu kepada anaknya. Anak-anakmu akan menjadi generasi yang menggantikan kita semua. Sehingga ayah dan bunda serta guru memang harus duduk bersama untuk bentuk karakter anak agar mengerti agama dan budayanya. "Saya mengajak ayah dan bunda agar meluangkan waktu di tengah kesibukan kita, memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Waktu anak-anak di sekolah sangat terbatas," katanya.  “Suatu saat ayah, merindukan anaknya. Tapi banyak anak yang meluapkan dekapan ayahnya." Tempat  keluarga sebagai maadrazah pertama bagi anak. Berikan perhatian dan waktu yang lebih untuk anak-anak kita.  "Kita perlu gerakan 1821. Yakni pukul 18.00 Wita-pukul 21.00 Wita, televisi dan internet dimatikan. Ayo kita duduk bersama anak, berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Saya yakin anak-anak akan merinduk...