Langsung ke konten utama

Berkomunikasi tanpa Peddi Ati

Pagi itu, Tuan Guru, datang lebih pagi dari anak didiknya. Di pagi buta itu harus berdiri di depan gerbang sekolah, ia bersama sahibnya menunggu sang pelanjut generasi datang menimbah ilmu.
Tuan Guru bersemangat, sesekali menanyakan kabar anak didik dan orang tua anak didik. 

 "Halo, apa kabar, sehat," tanya Tuan Guru, sambil menyalami anak didiknya sesaat setelah turun dari kendaraan bersama orang tuannya. 

"Baik Pak, alhamdulillah," jawabnya. 

"Tetap semangat yah," nasihat Tuan Guru. Satu per satu anak didik disalami dan menanyakan kabarnya dan menasihatinya, terkadang Tuan Guru harus turun tangan merapikan baju anak didiknya yang lusuh. 

Suasana pembinaan karakter di sekolah itu berlangsung tiap pagi. Jam menunjukkan pukul 07.15 Wita, anak didiknya berkumpul di lapangan sekolah, pembina eskul meminta anak didik mengeluarkan buku fiksi yang sudah dipesan sehari sebelumnya. 

Kegiatan literasi membaca pun dimulai. Suasana hening, anak didik membaca dalam hati. Usai membaca, Tuan Guru meminta anak didiknya mendengarkan isi pesan dari buku yang dibaca.Bagi Tuan Guru, selain membaca, mendengar bagian dari literasi. 

Mendengar bermakna menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, jika ada bunyi, maka alat pendengar kita akan menangkap. Mendengar terjadi tanpa perencanaan, tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian. 

Mendengarkan adalah merespon atau menerima bunyi secara disengaja. Memperhatikan dengan baik apa yang dikatakan orang lain yang melibatkan unsur kejiwaan. 

Saat itu, aktivitas jiwa sudah muncul, tapi setinggi aktivitas menyimak. Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi, memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi.  
Jalin Komunikasi Komunikasi adalah proses di mana seseorang atau kelompok menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal dapat dimengerti kedua belah pihak. 

 Menurut Tuan Guru, komunikasi harus baik agar tidak ada yang tersakiti. Tuan Guru memberikan resep agar komunikasi yang dibangun membuat semua nyama. 

"Sentuhlah dia tepat di hatinya. Dia akan menjadi menjadi milikmu selamanya," kata Tuan Guru, hahaha. 

 Mendengar itu, sohibnya bersemangat. Maklum ia sering gagal menjalin komunikasi dengan sohibnya gara-gara komunikasi yang dibangun tanpa hati. 

 "Semua harus pakai hati, termasuk soal komunikasi. Tanpa komunikasi, kamu kehilangan segalanya. Kehilangan arah, kehilangan semangat, bahkan kehilangan cinta," kata Tuan Guru. 

 Berkomunikasi dengan hati-hati agar tidak ada yang sakit hati. Inilah yang disebut komunikasi pakai hati tanpa peddi ati (sakit hati). Komunikasi efektif membuat fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi kepemimpinan, fungsi pengendalian dapat dicapai sehingga fungsi hati berjalan normal. 

 Hati yang normal membuat tubuh dan jiwa sehat. Rawatlah hati Anda dengan baik agar tidak sakit hati (peddi ati). Terkadang komunikasi yang dibangun hanya satu arah, tak peduli kepentingan orang di sekitar. 

 "Tapi terkadang ada juga membangun komunikasi suka-suka hati. Pokoknya dia yang paling hebat. Semua wajib nurut apa maunya," kata Tuan Guru sambil tertawa. 

 Komunikasi yang dibangun terkadang terganggu karena masalah sematik. Tak memahami arti kata, tak adanya umpan balik, tak pakai hati. Komunikasi yang terbangun berjalan satu arah, tidak memberikan nilai positif dan rasa nyaman bagi lawan komunikasi. 

 "Berkomunikasilah dengan hati-hati dan menggunakan hati agar tidak menimbulkan penyakit hati dan peddi ati (sakit hati)," nasihat Tuan Guru. (*)

Postingan populer dari blog ini

Mengejar Asa

Terik matahari tak membuat relawan literasi Rumah Masagenae, Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD), berhenti.Mereka tetap bersemangat membimbing anak-anak putus sekolah. Mereka berharap, kelak,memiliki masa depan yang cerah, seperti anak-anak pada umumnya.  Pada Sabtu, 8 Februari, tepat pukul 14.25 Wita, relawan bergerak menemui anak jalanan di sudut kota. Relawan bergerak menuju tempat favorit mereka di tengah Kota Bandar Madani. Saat tiba di lokasi, dari jauh, sudah terlihat empat anak-anak kecil berambut kriting, kulitnya putih, mengenakan baju berwana biru.  Duduk di tepian jalan. Temannya memanggilnya IS (nama samaran), ia duduk di belakang sebuah mobil bersama dua kawannya asyik bersenda gurau, ia memegang kaleng, duduk di atas balai-balai beralaskan papan.   "Apa dibiki dek," tanya Nisa, salah satu fasilitator di RBCD. "Lagi tunggu kapal kak," jawab anak laki-laki bertubuh tambun.  "Ayo mi ke RBCD, kita belajar dan bermain lagi," ajaknya.   "Ih, k...

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti sau...

Dekaplah Anakmu

"Didiklah anak ayah dan bunda kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia," kata seorang ibu kepada anaknya. Anak-anakmu akan menjadi generasi yang menggantikan kita semua. Sehingga ayah dan bunda serta guru memang harus duduk bersama untuk bentuk karakter anak agar mengerti agama dan budayanya. "Saya mengajak ayah dan bunda agar meluangkan waktu di tengah kesibukan kita, memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Waktu anak-anak di sekolah sangat terbatas," katanya.  “Suatu saat ayah, merindukan anaknya. Tapi banyak anak yang meluapkan dekapan ayahnya." Tempat  keluarga sebagai maadrazah pertama bagi anak. Berikan perhatian dan waktu yang lebih untuk anak-anak kita.  "Kita perlu gerakan 1821. Yakni pukul 18.00 Wita-pukul 21.00 Wita, televisi dan internet dimatikan. Ayo kita duduk bersama anak, berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Saya yakin anak-anak akan merinduk...