Langsung ke konten utama

Pengaruh Gadget bagi Hafidz

                                                    Ilustarsi : (NET)

Kini, gadget membuat ketagihan sebagian warga. Kebiasaan menggunakan gadget, sudah melampaui batas. Kaum milineal menggunakan gadget hingga berjam-jam. 

Remaja cuek dan egois tak memikirkan kesehatan diri hanya karena sibuk memandangi latar smartphone setiap hari. Orangtua yang seharusnya menjadi pendidik nomor satu mendidik anak-anaknya. 

Bukan malah menyerahkan gala pendidikan kepada benda berbadan seribu magnet. Di kalangan pemuda maupun dewasa, jalur pertumbuhan remaja, harus dibentuk dengan alur yang baik. 

Problematika gadget membuat sebagian orang lalai. Saat smartphone di genggaman, pikiran dan inspirasi seperti perpustakaan yang memiliki segudang kekuasaan. 

 Lemahnya iman menambah ringannya melalaikan aktivitas rohani, seperti salat, membaca Alquran dan menghafal Alquran. 

Anggota Komunitas One Day, One Juz, Muhammad Fajar Maulana, mengaku, gadget selalu muncul dengan aplikasi terbaru yang mengikuti perkembangan terkini. Inilah yang menjadi faktor pengganggu yang memandu manusia kepada jalan yang buntu. 

Gadget sebagai alat berkomunikasi, sejak kemunculannya yang hanya sebatas alat untuk telepon, kini gadget berubah menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia. Menurutnya, alat ini terus berkembang memudahkan manusia dalam beraktivitas sehari-hari. 

Walaupun demikian di balik sisi negatif yang ada di gadget, ternyata juga terdapat dampak-dampak positif yang bisa ditimbulkan. 

Dampak positifnya ialah menambah ilmu pengetahuan, mempermudah komunikasi, dan memperluas jaringan produksi. 

 Sedangkan dampak negatifnya, kata dia, risiko penyalahgunaan, terkena radiasi, kecanduan yang bervariasi dan lambat memahami sebuah persepi. 

Bagi komunitas One Day, One Juz (ODOJ), tidak semua penghafal Alquran terpengaruh dengan gadget, tetapi memberikan pengaruh pada ketartilan merampung ayat per ayat. 

"Ini bukan persepsi lemahnya iman, tetapi dengan adanya gadget, maka dunia seakan berkuasa layaknya bernuansa tanpa perasa. Sering kali slogan dari kalangan pengguna mengutamakan gadget sebagai pusat kebun raya. Padahal itu bukan slogan tapi lebih tepatnya selokan," katanya. 

Seringkali penghafal Quran dikaitkan dengan segala aktivitas positif, kesehariannya dituntut selaras dengan kebaikan karena risiko berdampak buruk pada hafalannya yang runtun. 

Saat membuka layar smartphone, menjadi hobi berat yang mengalahkan tilawatul Quran, sehingga sepuluh menit untuk buka info di media sosial terasa kurang. 

Tapi, membuka mushaf atau menghafal sejenak terasa lama. Tidak seperti para santri yang mondok tanpa di godok oleh ponsel. Aturannya yang memblok semua gadget demi mencapai kesuksesan penghafal. 

Ia mencontohkan, sepuluh menit, membuka facebook teman sekolah seangkatan terasa kurang, namun sepuluh menit untuk buka mushaf Alquran, sudah sangat terasa lama. 

Sepuluh menit untuk berkomentar di Whatsapp masih bisa disempat-sempatkan dua atau tiga kali dalam sehari, namun sepuluh menit untuk menghafal Alquran tiap harinya terasa tidak ada kesempatan. 

"Jadi betul-betul harus berhati-hati dengan penggunaan yang berlebihan. Kita tidak menutup mata bahwa smartphone sangat bermanfaat, akan tetapi kembali lagi pada dampak negatifnya. 

"Jika kita gunakan dengan baik dan kita dudukkan sesuai dengan kedudukannya sebagai alat bantu semata, maka itu semakin membantu dalam keseharian kita," katanya. 

Lalu bagaimana dengan tayangan-tayangan media yang berisi tausiyah atau ceramah islami dari media sosial yang dapat menambah ilmu, dan tips menghafal Alquran. 

"Tergantung penggunanya, jika penggunanya pintar membagi waktu antara waktu luang fokus menghafal, maka waktu merefresh otak dengan gadget, tapi bila dimanfaatkan dengan baik, maka gadget bisa membantu penghafal Alquran," katanya. 

Program One Day One Juz merupakan program yang digagas mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare untuk membumikan Alquran. 

Komunitas ini, memberikan pembelajaran tilawah, dan melagu, mendakwahkan pentingnya mengaji kepada masyarakat.  Program membumikan Alquran dan melangitkan manusia melalui One Day One Juz dengan cara menolong sesama, membantu sesama, menggenjot kader agar berakhlak baik. 

Saat ini, kata dia, pergaulan anak milenial tidak pernah lepas dari HP, sehingga milenial perlu diberikan pengetahuan dengan literatur Alquran. 

"Nanti Odoj go to school, kita perkenalkan kepada adik-adik siswa bagaimana mencintai Alquran dengan membaca Alquran. Kita ingin mahasiswa dan pelajar mendekatkan diri kepada Alquran," kata Ketua Komisariat Odoj IAIN Parepare, Anto beberapa waktu lalu. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Minggu : Arti Kata Sekolah dan Belajar

       (ilustrasi dw.com) Tiga hari sebelum dimulai pembelajaran semester genap, tahun ajaran 2020 - 2021, Tuan Guru 'dicecar' sejumlah pertanyaan dari anak didiknya. Di Whatshapp Grup, puluhan pertanyaan seputar kapan belajar, kapan sekolah, kapan belajar tatap muka, dan lainnya. Tuan Guru menjawab pertanyaan anak didiknya dengan sabar. Selain itu, ia membagikan tautan atau link berita berkaitan informasi belajar tatap muka semester genap. Alhamdulillah, anak didik Tuan Guru mulai memahami kondisi di era pandemi. Jumlah warga terpapar Virus Korona, terus bertambah. Hari ini, Minggu, 3 Januari 2020, Tuan Guru ingin berbagi pengetahuan sedikit mengenai arti dan makna kata sekolah dan belajar.  Bukan menggurui, tapi berbagi, meski sudah benyak mengetahui arti dan makna dua diksi itu, tapi sering ada yang keliru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sekolah itu bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Saya kuti

Sokko Bolong

Sabtu, 19 Desember, sang surya nampak malu-malu, menampakkan dirinya dari ufuk. Suhu pagi itu  cukup hangat. Di ujung timur garis horison, terlihat awan tebal, masih menyelimuti pegunungan. Nampaknya rinai akan membasah bumiku beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Bmkg), prediksi hujan masih mengguyur Kota Parepare dan sekitarnya, beberapa hari ke depan. Matahari mulai menghangatkan bumi yang basah selama tiga hari terakhir, diguyur hujan. Membuatku butuh kehangatan.  Berita banjir dan meluapnya Salo Karajae, dan sebagian warga di bilangan Bacukiki harus mengungsi menjadi isu hangat di berbagai media, baik media cetak, media siber, maupun media sosial. Saya berdoa semoga hujan membawa keberkahan dan penambah rezeki bagi kita semua. "Aaminn," doaku. Suhu dingin selama tiga hari ini membangkitkan selera makanku. Bahkan makin membuncah, ingin menikmati sokko bolong (ketan hitam). Pagi-pagi, istri saya menyediakan menu yang sudah kurindukan itu. M

Perangi Sampah

Setiap hari browsing media online, sudah jadi kebiasaan setiap hari.Sekadar, mencari info sepak bola di negeri Ratu Elisabeth, Juku Eja, dan perkembangan Timnas kategori umur.  Sebuah headline salah satu media terbesar, membuat kaget, sekaligus takut. Media itu, mengulik produksi sampah di negeri zambrut khatulistiwa. "Bahaya," kataku, sambil terus membaca ulasan soal produksi sampah di negeriku.  Saat ini, produksi sampah di Indonesia sudah mencapai 7.300 ton setiap jam.Sampah-sampah itu, paling banyak diproduksi di rumah tangga.  Media itu melansir sebuah survei hanya 49,2 persen rumah tangga melek sampah. Sisanya mereka tak ambil pusing. Hasil survei ini diperoleh dipublikasi Katadata Insight Center (KIC), dari 354 responden dari lima kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.Survei ini menunjukkan dari 50,8 persen rumah tangga yang tidak memilah sampah.  Survei yang digelar 28 September hingga 1 Oktober 2019 ini, disimpulkan