Langsung ke konten utama

Ibu Itu Madrasah Keluarga

"Saya malu sama anak saya. Waktu itu, pagi-pagi saya pakai handuk menuju kamar mandi, tiba-tiba dia menegur saya,  ayah tidak boleh perlihatkan aurat," kata orang tua anak didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Andalusia, saat Seminar Parenting, Anakku Harapanku.

Cerita itu, membuat peserta Seminar Parenting yang dihadiri guru dan orang tua peserta didik Sekolah Islam Terpadu (SIT) Andalusia Kota Parepare, tepuk tangan. Banyak cerita orang tua, tentang prilaku anaknya setelah didik di SIT Andalusia.

Cerita orang itu ditanggapi positif, Direktur Yayasan Andalusia, HA Rahman Saleh. Ia mengatakan, anak didik di SIT Andalusia, diberikan pengetahuan agama dan umum. Selain itu, anak diberikan contoh yang baik dan benar.

Mantan anggota DPRD dua periode itu, mengajak orang tua terus menjalin komunikasi dengan guru agar pengajaran di sekolah dan di rumah di sesuaikan. Peran orang tua terutama ibu dalam mendidik anak sangat besar, keluarga adalah madrasah terbesar di dunia ini.

Pemateri Ustaz Hasan Hamido dari SIT Arrahmah Makassar, mengatakan,  saat anak dilahirkan, orang tua harus azankan di telinga kanan, dan dikomatkan di sebelah kiri. Setelah tujuh  hari diaqiqah.  Aqiqah itu, kata dia, wujud sedekah anak kepada warga.

"Saat Hasan dan Husen lahir, Rasulullah Saw menggendong, mendekap, diazani di telinga kanan dan dikomati di sebelah kiri. Aqiqah makan sedekah dari anak, bentuk sumbangan anak bagi warga yang mengadiri aqiqah," katanya.

Jika anak sudah bisa membedakan tangan kanan dan kiri, maka bisa diajari salat. Jangan tunggu umur tujuh tahun baru diajari salat. Selain itu, kata dia, pembinaan harus dilakukan di rumah, ibu adalah madrasah pertama seorang anak.

Ia mengajak orang tua, meneladani Imam Syafii,  ia hafal Alquran 30 juz  di usia muda. Dia didik orang tua single parent, Ismail dipelihara secara single parent. Imam Syafii di usia belasan tahun sudah bisa menjadi mufti (bisa memberikan fatwa).

Teladan lainnya Ibu Sina berusia belasan tahun sudah menguasai ilmu kedokteran, ia tidak belajar melalui fakultas kedokteran. Ibnu Sina, kata dia, hanya membutuhkan guru agama dan filsafat.

"Kita sekarang lebih butuh dokter daripada guru gaji. Lebih butuh guru Bahasa Inggris daripada guru ngaji. Prioritas sudah keliri, bukan kita tidak butuh Bahasa Inggris, tapi jangan dibalik skala prioroitas," katanya.

"Sadarlah wahai orang tua, Ibnu Sina paham ilmu kedokteran bukan lewat bangku sekolah. Tanggung jawab kita adalah didik anak-anak kita agar cerdas, rajin salat dan akidahnya mantap," katanya.

Ketua Dewan Pembina SIT Andalusia, Dr KH Halim K, mengatakan,  Anak di SIT diajarkan pendidikan agama dan akhlak. Anak didik mulai diajarkan, semua yang dilihat di depan mata semua diciptakan Allah. Semua kehidupan diatur Allah. Kurikukum di sekolah sekuler tidak menghadirkan Tuhan.

"Anak ditanya ini mobil siapa yang ciptakan Jepang, pesawat siapa yang ciptakan Jerman. Padahal, yang menciptakan Allah lewat pemikiran manusia. Tidak pernah mengatakan Tuhan," katanya.

Menuntut ilmu sesuai dengan agama, siapa yang keluar rumah  mencari ilmu. Kemudian mati dalam menuntut ilmu, maka matinya, mati syahid. "Bekalilah anak-anak dengan ilmu agama, ilmu itu terbawa sampai dewasa, menjadi penerang dalam hatinya dan bisa menerangi kehidupannya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengejar Asa

Terik matahari tak membuat relawan literasi Rumah Masagenae, Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD), berhenti.Mereka tetap bersemangat membimbing anak-anak putus sekolah. Mereka berharap, kelak,memiliki masa depan yang cerah, seperti anak-anak pada umumnya.  Pada Sabtu, 8 Februari, tepat pukul 14.25 Wita, relawan bergerak menemui anak jalanan di sudut kota. Relawan bergerak menuju tempat favorit mereka di tengah Kota Bandar Madani. Saat tiba di lokasi, dari jauh, sudah terlihat empat anak-anak kecil berambut kriting, kulitnya putih, mengenakan baju berwana biru.  Duduk di tepian jalan. Temannya memanggilnya IS (nama samaran), ia duduk di belakang sebuah mobil bersama dua kawannya asyik bersenda gurau, ia memegang kaleng, duduk di atas balai-balai beralaskan papan.   "Apa dibiki dek," tanya Nisa, salah satu fasilitator di RBCD. "Lagi tunggu kapal kak," jawab anak laki-laki bertubuh tambun.  "Ayo mi ke RBCD, kita belajar dan bermain lagi," ajaknya.   "Ih, k...

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti sau...

Dekaplah Anakmu

"Didiklah anak ayah dan bunda kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia," kata seorang ibu kepada anaknya. Anak-anakmu akan menjadi generasi yang menggantikan kita semua. Sehingga ayah dan bunda serta guru memang harus duduk bersama untuk bentuk karakter anak agar mengerti agama dan budayanya. "Saya mengajak ayah dan bunda agar meluangkan waktu di tengah kesibukan kita, memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Waktu anak-anak di sekolah sangat terbatas," katanya.  “Suatu saat ayah, merindukan anaknya. Tapi banyak anak yang meluapkan dekapan ayahnya." Tempat  keluarga sebagai maadrazah pertama bagi anak. Berikan perhatian dan waktu yang lebih untuk anak-anak kita.  "Kita perlu gerakan 1821. Yakni pukul 18.00 Wita-pukul 21.00 Wita, televisi dan internet dimatikan. Ayo kita duduk bersama anak, berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Saya yakin anak-anak akan merinduk...