Langsung ke konten utama

Mencari Empati

Saat Anda membaca tulisan ini, mungkin anda marah, senang, tertawa atau tak peduli sehingga tidak melanjutkan membaca. 
Tulisan ini hanya menceritakan seorang anak yang masih duduk di bangku SMP. 

Sebut saja Bunga, wajahnya pucat, sesekali memegangi perutnya, kepalanya ia baringkan  di atas meja. Tangannya memegang perut, di wajahnya jelas terlihat ia meringis, kesakitan. Dia menahan sakit.

Bunga menderita kesakitan pasca menjalani dua kali operasi di bagian perut. Tetapi, ia tetap bersemangat mengikuti pelajaran di  pagi itu. Keluh kesah Bunga membuat temannya sebayanya sebut saja Mawar, prihatin melihat temannya menahan rasa sakit.

"Maaf Pak, dia (Bunga) sakit, kambuh lagi sakit perutnya, pernah menjalani dioperasi," katanya menyampaikan ke guru yang mengajar pagi itu.

Mendengar informasi itu, guru mendekati bunga dan menanyakan kondisi kesehatan sang anak didik. "Sakit sekali perutku pak," katanya meringis kesakitan, sambil memegang perutnya.

Guru pun meminta tolong kepada seorang guru honorer dan sekuriti sekolah agar diantar pulang ke rumah sang anak yang terus meringis menahan kesakitan.

"Pak minta tolong, kalau bisa diantar ke rumahnya," kata seorang gurunya dari lantai dua sambil menunjuk ada anak yang sakit, menceritakan.

Tapi, keduanya tidak bersedia mengantar dengan berbagai alasan. Saat itu, guru honorer sedang asyik bercerita dengan seorang pegawai yang sedang bekerja perbaiki tempat parkir, menolak permintaan teman sejawatnya. Ia beralasan sedang mengajar juga.

"Saya juga mengajar pak, " katanya sambil meninggalkan pegawai yang sedang perbaiki tempat parkir di sekolah itu.

Sang sekuriti yang mengenakan baju putih tanpa lambang sekuriti itu juga menolak mengantar anak yang sedang sakit." Saya tak bisa," jawabnya, sambil memainkan hp android yang berwarna putih di sebuah pos.

Mendengar penjelasan itu, guru yang telah menjalankan proses belajar  mengajar selama 40 menit di kelas  itu terpaksa meninggalkan kelas yang berisi 28 peserta didik itu. Kemudian mengantar anak yang terus meringis kesakitan ke rumahnya.

Lagi-lagi pemandangan menarik, saat guru menuju tempat parkir mengambil kendaraan, saat itu seorang pegawai dan penjual di kanting sekolah menginterogasi anak yang sakit. Mereka mungkin melakukan diagnosa penyakit yang diderita sang anak.

Saat anak menjawab pertanyaan guru dan penjual di kantin sekolah itu, pegawai yang perbaiki tempat parkir berteriak. "Au, au, au," teriaknya.

Lalu guru mengantar anak itu ke rumahnya yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari sekolah. Lima menit kemudian, tiba di rumah anak yang kesakitan, guru disambut orang tuanya.

"Kenapa?, sakit lagi perutmu," tanya orang tuanya, Bunga hanya mengangguk sambil menaiki tangga rumahnya dibantu ibunya.

Guru yang mengantar yang menyampaikan agar Bunga istirahat saja dulu. Sehat baru ke sekolah.
"Tapi, gurunya sampaikan ke kami pak, jangan terlalu lama istirahat, nanti ketinggalan pelajaran," katanya orang tua Bunga menanggapi pernyataan guru yang mengantar anaknya.

Islam menganjurkan kita agar saling tolong-menolong dengan sesama manusia. Saling menolong memberikan keringanan pekerjaan satu sama lain. Selain itu,  tolong-menolong perkuat rasa kasih sayang di antara sesama.

Menolong sesama menciptakan sikap rasa saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat di antara individu dan komunitas, serta menjaga keutuhan umat.

Nabi Muhammad saw telah mencontohkan umatnya, seperti yang diriwayatkan Umar Bin Jabir. Sangat berbahagia apabila umatnya memberikan pertolongan, menolong, serta menjamin kekurangan ekonomi sesama.

Kisah diriwayatkan 'Umar Bin Jabir, itu suatu hari, pada waktu tengah hari Umar Bin Jabir sedang beristirahat santai bersama dengan Rasulullah, datanglah satu kaum dengan keadaan ekonomi yang lemah, teramat miskin.

Ia tak mampu memenuhi kehidupan sehari-hari di mana pekerjaan mereka adalah sebagai pemburu. Rasulullah berempati  kepada kaum tersebut dan saat itu,  wajah beliau berubah. Tampak kesedihan dan menolong orang yang butuh pertolongan.

Pelajaran hari ini adalah beruntunglah kita, ketika masih ada yang meminta bantuan kepada kita, suatu saat kita juga akan minta pertolongan kepada orang lain.

Sejak lahir kita butuh bantuan orang lain mulai lahir sampai dewasa selalu dibantu dibantu orang lain. (*)
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengejar Asa

Terik matahari tak membuat relawan literasi Rumah Masagenae, Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD), berhenti.Mereka tetap bersemangat membimbing anak-anak putus sekolah. Mereka berharap, kelak,memiliki masa depan yang cerah, seperti anak-anak pada umumnya.  Pada Sabtu, 8 Februari, tepat pukul 14.25 Wita, relawan bergerak menemui anak jalanan di sudut kota. Relawan bergerak menuju tempat favorit mereka di tengah Kota Bandar Madani. Saat tiba di lokasi, dari jauh, sudah terlihat empat anak-anak kecil berambut kriting, kulitnya putih, mengenakan baju berwana biru.  Duduk di tepian jalan. Temannya memanggilnya IS (nama samaran), ia duduk di belakang sebuah mobil bersama dua kawannya asyik bersenda gurau, ia memegang kaleng, duduk di atas balai-balai beralaskan papan.   "Apa dibiki dek," tanya Nisa, salah satu fasilitator di RBCD. "Lagi tunggu kapal kak," jawab anak laki-laki bertubuh tambun.  "Ayo mi ke RBCD, kita belajar dan bermain lagi," ajaknya.   "Ih, k...

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti sau...

Dekaplah Anakmu

"Didiklah anak ayah dan bunda kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia," kata seorang ibu kepada anaknya. Anak-anakmu akan menjadi generasi yang menggantikan kita semua. Sehingga ayah dan bunda serta guru memang harus duduk bersama untuk bentuk karakter anak agar mengerti agama dan budayanya. "Saya mengajak ayah dan bunda agar meluangkan waktu di tengah kesibukan kita, memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Waktu anak-anak di sekolah sangat terbatas," katanya.  “Suatu saat ayah, merindukan anaknya. Tapi banyak anak yang meluapkan dekapan ayahnya." Tempat  keluarga sebagai maadrazah pertama bagi anak. Berikan perhatian dan waktu yang lebih untuk anak-anak kita.  "Kita perlu gerakan 1821. Yakni pukul 18.00 Wita-pukul 21.00 Wita, televisi dan internet dimatikan. Ayo kita duduk bersama anak, berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Saya yakin anak-anak akan merinduk...