Langsung ke konten utama

"Basuh Kaki" Penyejuk Jiwa

Tulisan ini, mungkin tak bermanfaat bagi Anda. Tulisan ini, bukan soal Pilkada apalagi Pil KB atau kontrasepsi. Tapi tulisan ini bercerita soal anak-anak yang memiliki kerinduan dengan orangtua.

Mereka terpaksa berpisah dengan orang-orang yang mereka cintai dan sayangi, karena terlibat masalah hukum. Mungkin, itulah takdir mereka. Anak-anak itu, harus berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), Klas II Parepare, menghabiskan waktu dan belajar dari kisah pahit yang mereka alami sendiri.

Kerinduan itu, terobati setelah pengelola LPKA pertemukan orang tua dengan anak-anak binaannya dalam sebuah acara basuh kaki orang tua. Acara yang diliput media itu, memberikan semangat baru bagi puluhan anak-anak binaan LPKA itu.

Saat acara baru dimulai, rasa haru dan sedih mulai terasa dari orang tua dan anak binaan. Anak-anak itu, terlihat memegang kaki orang tuanya dan memasukkan ke dalam baskom yang berisi air.

Tangan-tangan mungil anak binaan mengusap secara pelan kaki orang tuanya, sesekali menatap wajah orang tuanya yang duduk di atas kursi. Seorang ibu terlihat tak bisa menahan haru. Ia menutup mulutnya dengan hijab agar suaranya tidak terdengar, sesekali membasuh air matanya.

Suara tangisan semakin keras terdengar saat pembawa acara mewakili anak-anak itu membacakan sebuah pesan agar anak-anak binaannya kelak menjadi anak yang lebih baik dan berbakti kepada orang tuanya.

"Ritual ini, bukan sekadar ritual, tetapi menjadi pembuka limpahan kasih sayang ibu dan bapak. Saya mohon bantu saya dengan doa agar anak-anak yang menjalani pembinaan bisa menjadi anak-anak yang baik lagi," doa pembawa acara.

"Tatap mata ibumu dan bapakmu, engkau selalu berkata, aku rindu dengan ibu. Kini mereka hadir untuk mengobarkan semangat dan membangkitkan rasa kasih sayang. Jangan pernah sia-siakan kehadiran mereka, sambutlah mereka," katanya lagi.

"Minta maaflah atas kesalahan yang telah kamu perbuat bisa diampuni, cium tangan ibumu dan bapakmu, sebagaimana kerinduan yang kamu alami," katanya, disambut histeris orang tua.

"Semua orang tua ingin anaknya kelak menjadi orang yang sukses dan membahagiakan orang tua. Saya berdoa semoga anak saya bisa jadi anak yang baik," kata seorang ibu sambil mengusap air matanya.

Selasa, 17 April lalu, menjadi hari istimewa bagi anak binaan LPKA di Indonesia, hari itu, hari bersejarah dan mengharukan bagi orang tua yang anaknya menjalani pembinaan di LPKA Kelas II Parepare. Mereka terlihat antusias mengikuti Family and Society Gathering.

"Alhamdulillah, bisa membasuh kaki orang tua, semoga bisa menjadi lebih baik," kata seorang anak binaan.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas II Parepare, Didik Heru Sukoco,  mengatakan, acara membasuh kaki orang tua, menunjukkan rasa kasih sayang, kepedulian dan hormat kepada orang tua, serta tetap ceria dalam meraih masa depan.

"Sekitar 27 anak warga binaan yang diberi kesempatan membasuh kaki kedua orangtuanya. Ada yang dari Tarakan, Palopo, Sidrap dan Kota Parepare. Kita harap anak ini mengerti dan menghargai perjuangan orangtuanya saat dirinya dikandung," ujarnya.

"Kita juga ingin perlihatkan bagaimana sedihnya orangtua saat anaknya terlibat kasus hukum, sehingga mereka tidak bisa bersama mereka, kami ingin agar menjadi pelajaran agar bisa menjadi lebih baik," katanya.

Menurutnya, peran masyarakat khusus keluarga sangat berpengaruh terhadap pembinaan mental anak. Ia berharap, kegiatan ini, memberikan semangat dan keceriaan kembali bagi anak binaan.

"Kita berharap ini menjadi sarana membangun kepercayaan diri anak, agar saat bila bebas kelak dapat berinteraksi kembali dengan lingkungan masyarakat," katanya.

Humas Lapas Kelas II Parepare, Zaenal, menambahkan, Family and Society Gathering, meningkatkan peran masyarakat dalam melaksanakan dan mengembangkan program pembinaan bagi anak.

"Semoga anak binaan selama berada di LPKA Parepare dapat menerima pendidikan tentang nilai kebangsaan, memiliki kreativitas untuk bekerja dan menanamkan rasa aman pada diri sebagai bekal kembali beradaptasi di lingkungan masyarakat," ujarnya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengejar Asa

Terik matahari tak membuat relawan literasi Rumah Masagenae, Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD), berhenti.Mereka tetap bersemangat membimbing anak-anak putus sekolah. Mereka berharap, kelak,memiliki masa depan yang cerah, seperti anak-anak pada umumnya.  Pada Sabtu, 8 Februari, tepat pukul 14.25 Wita, relawan bergerak menemui anak jalanan di sudut kota. Relawan bergerak menuju tempat favorit mereka di tengah Kota Bandar Madani. Saat tiba di lokasi, dari jauh, sudah terlihat empat anak-anak kecil berambut kriting, kulitnya putih, mengenakan baju berwana biru.  Duduk di tepian jalan. Temannya memanggilnya IS (nama samaran), ia duduk di belakang sebuah mobil bersama dua kawannya asyik bersenda gurau, ia memegang kaleng, duduk di atas balai-balai beralaskan papan.   "Apa dibiki dek," tanya Nisa, salah satu fasilitator di RBCD. "Lagi tunggu kapal kak," jawab anak laki-laki bertubuh tambun.  "Ayo mi ke RBCD, kita belajar dan bermain lagi," ajaknya.   "Ih, k...

Inilah Pesan Terakhir Abu Bakar Juddah

Kabar duka menyelimuti civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare,  guru dan dosen senior di kampus hijau tosca, Dr Abu Bakar Juddah, meninggal dunia, Rabu, 18 November 2020, di kediamannya.  “Selamat Jalan Saudaraku,” ucap Wakil Rektor II Dr H Sudirman L saat pelepasan jenazah almarhum Abu Bakar Juddah, di kediamannya BTN Griya Pondok Indah B Nomor 17 Kebun Sayur, Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kabar berpulangnya ke Rahmatullah mantan Wakil Rektor III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare itu, mengagetkan civitas akademika IAIN Parepare. Dosen dan mahasiswa, melayat ke rumah duka dan mendoakan almarhum agar mendapat tempat paling indah di sisi-Nya. Mereka memasang stutus di media sosialnya dilengkapi dengan foto almarhum, sebagai tanda berduka cita. Rektor IAIN Parepare Dr Ahmad Sultra Rustan, menceritakan kenangan bersama almarhum. Rektor mengenang almarhum sebagai sosok penuh dedikasi, santun, bersahaja, dan bersahabat. "Almarhum seperti sau...

Dekaplah Anakmu

"Didiklah anak ayah dan bunda kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia," kata seorang ibu kepada anaknya. Anak-anakmu akan menjadi generasi yang menggantikan kita semua. Sehingga ayah dan bunda serta guru memang harus duduk bersama untuk bentuk karakter anak agar mengerti agama dan budayanya. "Saya mengajak ayah dan bunda agar meluangkan waktu di tengah kesibukan kita, memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Waktu anak-anak di sekolah sangat terbatas," katanya.  “Suatu saat ayah, merindukan anaknya. Tapi banyak anak yang meluapkan dekapan ayahnya." Tempat  keluarga sebagai maadrazah pertama bagi anak. Berikan perhatian dan waktu yang lebih untuk anak-anak kita.  "Kita perlu gerakan 1821. Yakni pukul 18.00 Wita-pukul 21.00 Wita, televisi dan internet dimatikan. Ayo kita duduk bersama anak, berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Saya yakin anak-anak akan merinduk...